BaruTiga Bulan, Permintaan sudah
Berdatangan
Bahan sepele, hanya pelepah
(gedebog) pisang. Namun di tangan Jailani Ismail, bahan yang mudah di dapat
dimana-mana itu disulap jadi barang bahan yangbernilai jual. Seperti tas dan
tempat tisu yang antik.
BAGUS SUPRIADI,
Mumbulsari
KERAJINANgedebog pisang
yang dibuat oleh Jailani memang baru sekitar tiga bulan saja. Namun,
kreativitas itu mampu membuat orang
melihat karyanya cukup takjub. Sebab, kerajinan tersebut seperti barang
yang istimewa.
Ketika ditemui dirumahnya, di
Gang Madu Desa Kawangrejo, Kecamatan Mumbulsari, pria yang akrab disapa Jailani
tersebut sedang membuat beberapa kerajinan. Mulai dari tempat tisu dan tas
untuk cowok. Di rumahnya, gedebog pisang banyak menumpuk sebagai bahan.
Tempatnya sederhana, dia
membuatnya di ruang tamu rumah. Ada meja dengan berbagai peralatan, seperti
gunting,kertas karton, lem dan lainnya.
Di tempat itulah, pria kelahiran
Madura itu mulai kreativitasnya,
“Awal saya belajar sama orang
Sumberjambe, yang sudah 25 tahun memanfaatkan gedebog pisang,”katanya. Ada lima orang yang diminta belajar
meneruskan proses kerajinan tersebut. Namun, yang diterima dan berhasil
hanyalah Jailani.
Sehingga, dia seorang diri
membuat kerajinan tersebut sampai sekarang. Awalnya, kegiatan itu hanya untuk
mengisi waktu kosong saat siang hari. Sebab, diwaktu tersebut tidak ada
aktivitas. “ Kalau malam hari saya jual nasi goreng,” ujarnya.
Selain itu, Jailani juga berharap
agar mendapatkan penghasilan lain. Sehingga berupaya mendapatkan pintu rejeki
dari kerajinan tersebut. Setelah belajar
langsung, pria kelahiran 10 Juni 1977 tersebut mulai meminjam uang sebagai
modal. “Saat itu saya pinjam modal Rp 1 juta,” akunya.
Dari uang tesebut, dia mulai mencoba
membuat kerajinan tas dari gedebog pisang. Dalam sehari, masih bisa
menghasilkan satu tas. Mulai dari tas untuk cewek dan tas perempuan. Semua itu
dilakukan sendiri oleh Jailani.
Caranya, Jailani memanfaatkan
tanaman pohon pisang disekitar rumahnya.
Kemudian mengambil gedebog tersebut
lalu diserut hingga tipis. Kemudian, dirinya membuat tas atau tempat tisu dari
kertas karton. “ Yang sulit untuk memcocokkan corak gedebog pisang,” akunya.
Sebab, coraknya bermacam-macam,
mulai dari model sungai sawah, gunung, dan lainnya. Sehingga untuk
menyambungkan model bentuk itu butuh kesabaran. Hal itu dilakukan agar hasilnya
selaras dan menarik. “Menyambungkan corak gedebog
pisang harus sabar,” tegasnya.
Perlahan. Ayah dua anak itu mulai
terus berkreasi membuat kerajinan. Karyanya mulai di lihat oleh berbagai
kalangan. Bahkan, sempat diminta untuk ikut pameran yang di selenggarakan di
Roxi bebrapa waktu lalu. Namun, untuk mengembangkan dalam skala besar, Jailani
masih terkendala modal.
Sekarang, lanjut dia, dirinya
terus mencari cara agar gedebog
pisang bisa dijadikan barang yang dengan nilai lebih. Awalnya mencari ditempat
sekitar, sekarang harus membeli gedebog pisang pada orang lain. “Satu meternya
saya beli seribu,” akunya.
Permintaan untuk mengirimkan kerajinan gedebog
pisang tak hanya dari dalam Jember saja. Tetapi Bali juga meminta agar
dikirimi. “Kerajinan ini awet, nggak cepat rusak karena prosesnya
berhati-hati,” imbuhnya.
Jailani mersa terus tertantang
untuk berinovasi menciptakan kerajinannya yang baru. Dari kerajinan itu
dirinya diajak untuk terus berkembang
dan lebih maju. Sebab itu, selain juga
bisa memanfaatkan gedebog pisang yang seringkali di buang. “Semakin banyak ilmu yang
di peroleh dalam membuat kerajinan ini,” paparnya.
Sekarang, tambah dia, dirinya
juga berupaya membuat figura dari gedebogpisang serta beberapa souvenir lainnya. Dia melihat
ada prospek cerah dari kerajinan tersebut. Sehingga cita-cita awalnya agar
menambah penghasilan bisa tercapai. (gus/c1/hdi)
SUMBER s: JP-RJ Rabu 27 Desember 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar