Rabu, 31 Januari 2018

Gladak Korek-37, Kreativitas Warga Andongsari Sulap Hutan Jadi Wisata



Sensasi Naik Gethek hingga Lihat Sunrise-Sunset dari Atas Bukit

                Legenda Gladak Korek (jembatan menuju pabrik korek api) di Dusun Krajan Desa Andongsari banyak di kenal di Ambulu. Bahkan kini berkat sentuhan sekelompok warga peduli alam, area tersebut di sulap jadi wisata yang keren. Seperti apa wujudnya?


RANGGA MAHARDIKA, Ambulu


                SAMA sekali tidak seperti biasanya. Kawasan Gladak Korek yang ada di ujung Dusun Krajan, Desa Andongsari, Ambulu yang berbatasan dengan Sungai Mayang dan RPH Sabrang milik PT Perhutani mendadak ramai. Bahkan, ada puluhan orang yang berada dipinggir sungai tersebut yang rela berpanas-panasan, hanya untuk antre agar bisa menyeberang sungai menuju ke kawasan hutan tersebut.

                Belakangan ini, kawasan hutan tersebut memang sudah di sulap oleh Komunitas Pencinta Alam Manusia untuk Alam (Manula) Jember menjadi kawasan wisata. Mereka menamakan kawasan wisata baru itu dengan sebutan keren : GK 37 (Gladak Korek 37). Sejak di resmikan minggu (12/12) lalu, ratusan orang berminat untuk datang ke kawasan wisata murah meriah sekaligus sembari mengingat sejarah kawasan tersebut.

                GK 37 sendiri, menurut Gaguk Hariyanto (Ketua Manula Jember yang menggagas wisata itu) di ambil dari legenda masyarakat. “Namanya DK itu dari dak korek (Gladak Korek, Red). Sedangkan 37 itu merupakan tahun 1937. Kabarnya pembangunan jembatan dan pabrik korek yang dulu di bangun di kawasan ini pada tahun itu,” tutur Gaguk kemarin.

                Penemuan kawasan ini juga cukup unik. Yakni saat kelompok Manula ini mengunjungi tempat itu. “Di sana ada warung kecil awalnya, terus kami berkeliling melihat sekitar,”jelasnya. Ternyata mereka menemukan berbagai hal yang menarik di kawasan itu. Salah satunya keberadaan batu besar dan hutan yang menutup areal tersebut.

                Pihaknya pun berniat membangkitkan memori setempat yang pernah tahu sejarah Gladak Korek, utamanya untuk warga sepuh yang ada di sekitar kawasan.  Memang bukan kendali membangun pabrik, melainkan membuat kawasan wisata di sana. Pihaknya awalnya sempat hendak membangun jembatan bekas jembatan yang ambruk, namun kemudian di ubah dengan membangun gethek alias rakit.

                “Sebelumnya, ada gethek milik pak Tukan, warga setempat. Sekarang sudah kami modivikasi biar bagus dan lebih aman,” tuturnya. Meskipun demikian, di hari pembukaan sempat overloot. Sehingga kini pihaknya membatasi warga yang hendak menyeberang dengan 10-15 orang saja untuk sekali angkut. Hal ini untuk keamanan bersama sehingga rakit bisa di gunakan dengan baik untuk menyeberangkan masyarakat.

                Pihaknya memang membangun kawasan ini dengan bantuan masyarakat sekitar. “Sesuai dengan visi misi nya yakni ibadah dan seduluran,” ucap Gaguk. Sehingga dalam berbagai kegiatan ini pihaknya selalu melakukan bersama dengan masyarakat sekitar. Mereka bahu-membahu menyulap Gladak Korek ini termasuk juga tanggung jawab mengelolanya di masyarakat juga di pikul bersama.

                Mulai dari menanam tanaman, bunga, tempat lahan parkir, hingga membangun sejumlah hal untuk memperindah kawasan itu. Selain itu, pihaknya juga membersihkan semak belukar sehingga terlihat kawasan yang asri, sejuk dengan pemandangan alam yang asri yang dapat di nikmati masyarakat. “Kalau biaya lumayan banyak. Habisnya sekitar Rp 10 juta,” tuturnya. Semua biaya itu di sangga bersama dengan masyarakat.

                Hasilnya, kini di kawasan itu ada sejumlah wahana yang dapat di nikmati masyarakat seperti pembangunan rumah Hobbit yakni seperti rumah kecil untuk kaum kurcaci. Juga ada jogging track untuk manula. Selain itu, juga banyak spot selfie bagi para remaja dan masyarakat kekinian di antaranya Lorong Bahagia, Rumah Siput, dan juga rumah Panti Jodo.

                Serta sejumlah wahana lain seperti ayunan dan lain sebagainya. “Untuk yang penyuka hal ekstrim, ada Sangkar Raksasa di atas pohon dan juga Bukit Matahari,” jelasnya. Di bukit ini masyarakat bisa menikmati pesona alam bukit yang hijau dari hutan Sabrang dan juga di padu Sungai Mayang yang sangat indah. Belum lagi masyarakat bisa menikmati alam sunrise dan sunset untuk masyarakat.

                Sehingga, kini kawasan itu menjadi jujugan masyarakat Jember serta Ambulu dan sekitarnya sebagai salah satu wahana wisata alam yang masih asri. Pihaknya juga menggandeng perhutani selaku pemilik kawasan tersebut. “Sejak awal kami selalu berkoordinasi dengan perhutani,” tuturnya. Dengan demikian, pembuatan wana wisata baru ini selalu dalam pengawasan perhutani untuk pengelolaannya, asalkan memang tidak merusak atau menebang pohon yang ada.

                “Kami malah melestarikan. Kami melindunginya,”jelasnya. Apalagi, untuk pemasukan dari masyarakat ini nantinya di gunakan untuk melestarikan kawasan hutan dan pelestarian lainnya di kawasan tersebut. (c1/hdi)

SUMBER : JP-RJ Jumat 22 Desember 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenang Wartawan Senior Jawa Pos, H Khariri Mahmud

Rela Jualan Bakso Demi Kuliahkan Dua Puterinya                 Keluarga besar alumni wartawan dan karyawan Jawa Pos yang tergabung ...