Rela
Jualan Bakso Demi Kuliahkan Dua Puterinya
Keluarga besar alumni wartawan dan
karyawan Jawa Pos yang tergabung dalam grup Konco Lawas (CoWas) Jawa Pos
kembali kehilangan sahabat terbaiknya. Itu setelah H Khariri Mahmud, 59, warga
Karangduren, Kecamatan Balung, Jember, meninggal dunia secara mendadak kamis petang (2/3) kemarin. Dia meninggalkan
seorang Istri, Nanik, dan dua putrinya, Bella dan Vika.
SHODIQ SYARIEF,Jember
MENINGGALNYA wartawan senior Jawa Pos
yang di kenal ramah dan baik hati itu cukup mengagetkan keluarga dan koleganya.
Betapa tidak, selama ini Khariri di kenal sehat-sehat saja, dan masih
berkomunikasi dengan kawan-kawannya, baik melalui HP maupun media sosial
(Medsos). Namun, sekitar enam bulan belakangan, almarhum nyaris tak pernah
berkomunikasi dengan sesama mantan wartawan Jawa Pos tanpa diketahui alasannya.
Menurut
Anang, keponakan almarhum, sejak pulang dari Jakarta, Selasa sore lalu, Khariri
sering tiduran. Dia mengaku sekujur badannya terasa sakit, tak biasanya. Kamis
sore itu, Khariri tinggal sendirian dirumahnya di Karangduren, Balung, karena
istrinya, Nanik, menjenguk adiknya yang sedang opname di DKT, Jember.
Sekitar
pukul 16.00 Khariri mengalami sesak napas. Namun, dia masih berusaha sekuat
tenaga menggapai HP-nya untuk memberitahu Anang, keponakannya yang tinggal
bersebelahan dengan rumah Khariri. Saat itu juga Khariri dilarikan ke
Puskesmas, namun hingga satu jam tidak ada perkembangan. Akhirnya, Khariri di bawa ke RS DKT Jember. “Namun sesaat
setelah turun dari mobil ambulans, Khariri meninggalkan kita semua,” tambah
Subur Setyo Budi, mantan wartawan Jawa Pos Lumajang.
Bungsu
dari tiga bersaudara ini bergabung di Jawa Pos Biro Jember, Bulan Februari
1984, yang saat itu di pimpin Sumargiono (alm). Dua tahun kemudian, dia ditarik
ke Surabaya untuk memperkuat wartawan olahraga. Tak lama kemudian, nasib baik
menghampirinya, sehingga sempat di kirim ke Arab Saudi untuk menjadi wartawan
Timur Tengah di negara Kerajaan Islam itu. Ketika pulang ke tanah air, usai
Perang Teluk II (Antara Koalisi AS melawan Iraq) Khariri di tempatkan di Biro
Jawa Pos Malang.
Bersama
sejumlah wartawan JP seusianya, Khariri mengajukan pensiun dini tahun 2008.
Sejak itu, dia berusaha membuka usaha kuliner, termasuk jualan bakso bakar yang
cukup terkenal di Kota Dingin tersebut. Namun, usahanya tak berlangsung lama
karena dia harus hijrah ke Jakarta mendampingi dua puterinya yang kuliah di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. Yakni, Bella yang
kuliah di Fakultas Kedokteran Jurusan Kesehatan Masyarakat, dan Vika yang
diterima dijurusan Farmasi.
Menurut
Bambang Indra Kusuma (BIK), Karib Khariri, almarhum memang tak bisa jauh-jauh
dari kedua anak perempuannya. Begitu kedua anaknya diterima kuliah di Jakarta,
Khariri pun merelakan warung Bakso Bakar yang telah dirintisnya di Malang. “Padahal,
warung baksonya di Malang sudah hampir sukses . sudah ramai pembelinya,” kenang
Bik, panggilan karibnya di Jawa Pos.
Hampir
tiga tahun di Jakarta, Khariri sekeluarga sebenarnya cukup enjoy. Dari hasil
jualan bakso bakar, di tambah kateringan dikalangan mahasiswi kedokteran UIN saja sudah cukup untuk membantu biaya hidup keluarga. Termasuk
untuk menguliahkan kedua putrinya yang memang cukup bagus prestasi akademiknya.
“Minimal untuk kebutuhan konsumsi anak-anak tidak kerepotan,” ujar Khariri,
suatu ketika.
Namun,
dengan alasan tak tahan pola hidup di Jakarta, Nanik, istrinya mengajak pulang
kampung untuk mencari hidup damai dan sejuk. Apalagi, Bella, anak pertamanya,
sudah diterima sebagai karyawan honorer di Kementerian Kesehatan. Menurut sang
istri, sehari-harinya Jakarta tak pernah berhenti dari suasana kemacetan, orang
sibuk, banjir, dan hiruk-pikuk lainnya.
Baru
beberapa bulan pulang kampung, Khariri merasa “menderita” karena susahnya
mencari penghasilan dikampung. Dia pun kembali ke habitatnya sebagai wartawan.
Namun kali ini, bergabung dengan media online, antar lain Suara Lantang (Bulan
Bintang) cabang Malang, yang antara lain di Pandegani Yusril Ihza Mahendra.
Namun, karena media tersebut tak berumur panjang, Khariri terpaksa pulang
kampung lagi.
Di
Jember, Khariri kembali dilanda kegelisahan tentang faktor ekonomi. Dia mencoba
merintis media online bersama karibnya, MS. Syarif untuk membidik kalangan
pesantren yang mencapai ribuan jumlah nya di Jatim. Namun, usaha itu kembali
tak bisa segera terealisasi karena faktor funding dan tenaga teknisi yang sudah
keburu di ambil perusahaan lain. Akhirnya, Khariri kembali ke Jakarta untuk mencoba
melanjutkan usaha katering nya yang sudah tutup sementara itu.
Bagaimana
ikhtiarnya di Ibu Kota yang terakhir itu, tiba-tiba sudah terdengar berita
duka. Konon, Khariri bersama istri sedang pulang kampung untuk menjenguk
keluarganya yang sedang sakit di DKT jember. Apa pulangnya dari Jakarta itu
sekedar menjenguk kerabat yang sakit, atau ingin pulang kampung selamanya
karena sudah tak kerasan lagi hidup di jakarta.
Yang
jelas, alumnus ponpes darussalam Bloagung, Banyuwangi itu, akhirnya meninggalkan
kita untuk selamanya di hari yang baik yakni malam Jumat Legi. Innalillahi
wainna ilahi raji’un....selamat jalan sobat yang baik, Khariri.....(mgc/sh)
Sumber : Jawa Pos (Radar Jember)
Edisi : Sabtu 3 Maret 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar