Jumat, 13 April 2018

Mengenang Wartawan Senior Jawa Pos, H Khariri Mahmud



Rela Jualan Bakso Demi Kuliahkan Dua Puterinya

                Keluarga besar alumni wartawan dan karyawan Jawa Pos yang tergabung dalam grup Konco Lawas (CoWas) Jawa Pos kembali kehilangan sahabat terbaiknya. Itu setelah H Khariri Mahmud, 59, warga Karangduren, Kecamatan Balung, Jember, meninggal dunia secara mendadak  kamis petang (2/3) kemarin. Dia meninggalkan seorang Istri, Nanik, dan dua putrinya, Bella dan Vika.

SHODIQ SYARIEF,Jember

                MENINGGALNYA wartawan senior Jawa Pos yang di kenal ramah dan baik hati itu cukup mengagetkan keluarga dan koleganya. Betapa tidak, selama ini Khariri di kenal sehat-sehat saja, dan masih berkomunikasi dengan kawan-kawannya, baik melalui HP maupun media sosial (Medsos). Namun, sekitar enam bulan belakangan, almarhum nyaris tak pernah berkomunikasi dengan sesama mantan wartawan Jawa Pos tanpa diketahui alasannya.


                Menurut Anang, keponakan almarhum, sejak pulang dari Jakarta, Selasa sore lalu, Khariri sering tiduran. Dia mengaku sekujur badannya terasa sakit, tak biasanya. Kamis sore itu, Khariri tinggal sendirian dirumahnya di Karangduren, Balung, karena istrinya, Nanik, menjenguk adiknya yang sedang opname di DKT, Jember.

                Sekitar pukul 16.00 Khariri mengalami sesak napas. Namun, dia masih berusaha sekuat tenaga menggapai HP-nya untuk memberitahu Anang, keponakannya yang tinggal bersebelahan dengan rumah Khariri. Saat itu juga Khariri dilarikan ke Puskesmas, namun hingga satu jam tidak ada perkembangan. Akhirnya, Khariri  di bawa ke RS DKT Jember. “Namun sesaat setelah turun dari mobil ambulans, Khariri meninggalkan kita semua,” tambah Subur Setyo Budi, mantan wartawan Jawa Pos Lumajang.

                Bungsu dari tiga bersaudara ini bergabung di Jawa Pos Biro Jember, Bulan Februari 1984, yang saat itu di pimpin Sumargiono (alm). Dua tahun kemudian, dia ditarik ke Surabaya untuk memperkuat wartawan olahraga. Tak lama kemudian, nasib baik menghampirinya, sehingga sempat di kirim ke Arab Saudi untuk menjadi wartawan Timur Tengah di negara Kerajaan Islam itu. Ketika pulang ke tanah air, usai Perang Teluk II (Antara Koalisi AS melawan Iraq) Khariri di tempatkan di Biro Jawa Pos Malang.

                Bersama sejumlah wartawan JP seusianya, Khariri mengajukan pensiun dini tahun 2008. Sejak itu, dia berusaha membuka usaha kuliner, termasuk jualan bakso bakar yang cukup terkenal di Kota Dingin tersebut. Namun, usahanya tak berlangsung lama karena dia harus hijrah ke Jakarta mendampingi dua puterinya yang kuliah di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. Yakni, Bella yang kuliah di Fakultas Kedokteran Jurusan Kesehatan Masyarakat, dan Vika yang diterima dijurusan Farmasi.

                Menurut Bambang Indra Kusuma (BIK), Karib Khariri, almarhum memang tak bisa jauh-jauh dari kedua anak perempuannya. Begitu kedua anaknya diterima kuliah di Jakarta, Khariri pun merelakan warung Bakso Bakar yang telah dirintisnya di Malang. “Padahal, warung baksonya di Malang sudah hampir sukses . sudah ramai pembelinya,” kenang Bik, panggilan karibnya di Jawa Pos.

                Hampir tiga tahun di Jakarta, Khariri sekeluarga sebenarnya cukup enjoy. Dari hasil jualan bakso bakar, di tambah kateringan dikalangan mahasiswi  kedokteran UIN saja sudah cukup  untuk membantu biaya hidup keluarga. Termasuk untuk menguliahkan kedua putrinya yang memang cukup bagus prestasi akademiknya. “Minimal untuk kebutuhan konsumsi anak-anak tidak kerepotan,” ujar Khariri, suatu ketika.

                Namun, dengan alasan tak tahan pola hidup di Jakarta, Nanik, istrinya mengajak pulang kampung untuk mencari hidup damai dan sejuk. Apalagi, Bella, anak pertamanya, sudah diterima sebagai karyawan honorer di Kementerian Kesehatan. Menurut sang istri, sehari-harinya Jakarta tak pernah berhenti dari suasana kemacetan, orang sibuk, banjir, dan hiruk-pikuk lainnya.

                Baru beberapa bulan pulang kampung, Khariri merasa “menderita” karena susahnya mencari penghasilan dikampung. Dia pun kembali ke habitatnya sebagai wartawan. Namun kali ini, bergabung dengan media online, antar lain Suara Lantang (Bulan Bintang) cabang Malang, yang antara lain di Pandegani Yusril Ihza Mahendra. Namun, karena media tersebut tak berumur panjang, Khariri terpaksa pulang kampung lagi. 

                Di Jember, Khariri kembali dilanda kegelisahan tentang faktor ekonomi. Dia mencoba merintis media online bersama karibnya, MS. Syarif untuk membidik kalangan pesantren yang mencapai ribuan jumlah nya di Jatim. Namun, usaha itu kembali tak bisa segera terealisasi karena faktor funding dan tenaga teknisi yang sudah keburu di ambil perusahaan lain. Akhirnya, Khariri kembali ke Jakarta untuk mencoba melanjutkan usaha katering nya yang sudah tutup sementara itu.

                Bagaimana ikhtiarnya di Ibu Kota yang terakhir itu, tiba-tiba sudah terdengar berita duka. Konon, Khariri bersama istri sedang pulang kampung untuk menjenguk keluarganya yang sedang sakit di DKT jember. Apa pulangnya dari Jakarta itu sekedar menjenguk kerabat yang sakit, atau ingin pulang kampung selamanya karena sudah tak kerasan lagi hidup di jakarta. 

                Yang jelas, alumnus ponpes darussalam Bloagung, Banyuwangi itu, akhirnya meninggalkan kita untuk selamanya di hari yang baik yakni malam Jumat Legi. Innalillahi wainna ilahi raji’un....selamat jalan sobat yang baik, Khariri.....(mgc/sh)

Sumber : Jawa Pos (Radar Jember)
Edisi : Sabtu 3 Maret 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenang Wartawan Senior Jawa Pos, H Khariri Mahmud

Rela Jualan Bakso Demi Kuliahkan Dua Puterinya                 Keluarga besar alumni wartawan dan karyawan Jawa Pos yang tergabung ...