Main Dam-daman, Kempyeng, dan Dakon di Puncak Acara
Seiring laju zaman, banyak anak
muda yang tidak lagi mengenal permainan tradisional yang identik dengan
penanaman kebersamaan. Mereka asyik dengan gadget. Tergerak akan hal, sebuah
karang taruna di Kelurahan Kaliwates menggelar acara yang berisi berbagai
permainan tradisional.
ADI FAIZIN, Kaliwates
SALAH satu guyonan terkait tema : Anak muda zaman Now, saat ini
adalah besarnya pengaruh gawai atau gadget dalam kehidupan generasi muda. Sejak
usia anak-anak hingga remaja, kini nyaris semuanya bergantung terhadap gadget.
Kondisi ini kemudian menimbulkan
kekhawatiran tentang musnahnya permainan tradisional yang sebelumnya banyak di
mainkan anak-anak di kampung-kampung.
“Saya sendiri, hingga usia 20
tahun seperti sekarang, baru 2 kali mengenal permainan gobak sodor,” tutur
Muhammad Alfan Suri, salah satu pemuda
di Lingkungan Condro, Kelurahan/Kecamatan Kaliwates, Jember.
Kondisi ini tentu jauh berbeda
dengan generasi diatas Alfan yang melalui masa kecil mereka dengan berbagai
macam permainan tradisional. Cara bermain yang murah sekaligus menumbuhkan
kebersamaan di antara sesama anak karena di mainkan secara tim.
Karena itu, tergerak untuk
menumbuhkan kegiatan positif di lingkungannya, Alfan dan rekan-rekannya
kemudian menggelar sebuah acara yang cukup unik, yakni Festival Liburan Condro.
Selain untuk melestariakan
permainan tradisional, acara ini juga bertujuan untuk mengisi liburan anak muda
di kampong Condro dengan kegiatan yang positif. Para pemuda tersebut
menampakkan diri Pemuda-Pemudi Condro (PPC).
“Kita gelar bersamaan dengan
masa liburan anak sekolah selama empat hari dengan puncaknya pada hari Minggu
malam tanggal 24 Desember 2017 ini,” lanjut Alfan yang juga seniman pantomim
ini.
Pada hari pertama, yakni Kamis
malam 21 Desember lalu, mereka mengawali acara Festival Liburan Condro dengan
menggelar pawai motor-motoran. Suasana menjadi meriah dan menarik, karena bahan
yang di gunakan untuk anak-anak berpawai ria adalah dari bahan-bahan bekas
seperti kaleng oli yang di modifikasi secara kreatif.
“Kita keliling RW 8 Kampung
Condro ini sekaligus untuk menambah sosialisasi kepada masyarakat bahwa kita
ada festival liburan condro. Sebelumnya kita juga sudah sebar brosur sejak jauh
hari,” jelas pria kelahiran 21 Juni 1997 tersebut.
Ke esokan harinya, pada Jumat
malam Sabtu 22 Desember, panitia festival liburan condro menggelar “outbond”
dengan menggunakan sarung dan di iringi acara lempar-lempar sandal untuk
menambah kemeriahan.
Berikutnya di hari ketiga,
mereka menggelar berbagai macam permainan tradisional ala anak kampong. Mulai
dari Dam-daman, Kempyeng, Gobak Sodor, Dakon serta Enggrang dengan menggunakan
bahan batok kelapa. “Selain seru buat anak-anak, bermain di luar seperti ini
juga menyehatkan karena badan anak-anak aktif bergerak, pikiran juga jadi
fresh. Asik dah pokoknya,” tutur pria yang menjabat di divisi kesenian
pemuda-pemudi Condro (PPC).
Acara puncak berupa olimpiade
Dam-daman yang di helat pada Minggu pagi, 23 Desember 2017. Anak-anak yang
sudah di kenal dengan permainan Dam-daman, di ajak untuk berlomba menjadi yang terbaik. “Kita juga mengundang
perwakilan empat karang taruna lain yang ada di kaliwates ini. Alhamdulillah,
anak-anak cukup antusias,” jelas Alfan.
Menurut ketua PPC, Wildan
Hisbullah Sukma, pihaknya sengaja menggelar festival liburan condro sebagai
salah satu upaya untuk mengurangi kenakalan remaja. “Kita membentuk PPC ini
sejak tahun 2013, di awali dari keresahan karena banyak nya laporan kasus
kenakalan remaja di lingkungan kami, seperti narkoba hingga tawuran. Bahkan ada
yang kecanduan sampai jadi pengedar juga,” tutur mahasiswa semester IX UIN
Malang tersebut.
Berawal dari keresahan yang
terlontar di warung kopi itu, Wildan yang asli kampong condro akhirnya sepakat
untuk membentuk pemuda-pemudi Condro (PPC) bersama empat rekannya.
“Alhamdulillah, seiring berjalannya waktu, mereka yang di duga terlibat
narkoba, laporannya menurun. Bahkan yang sudah jadi pengedar juga sudah tobat
berhenti,” tutur putra kedua dari Rektor IAIN Jember, Prof Babun Suharto dan
Erma Fatmawati ini.
Upaya untuk menghidupkan karang
taruna di lingkunga condro untuk mencegah kenakalan remaja, awalnya memang
tidak mudah. Wildan yang saat itu sudah berkuliah di Malang tersebut, harus
menyempatkan diri untuk pulang ke rumahnya minimal sebulan sekali, selama
setidaknya tiga hari. “Rasanya Malang-Jember seperti dari Condro ke tawang
alun,” Kelakar Wildan.
Menggalakkan permainan
tradisional hanya salah satu dari kegiatan yang di gelar PPC. Selain itu,
mereka juga menumbuhkan kewirausahaan untuk menyalurkan potensi para pemuda
setempat. “Sebelumnya kita bikin warung kopi. Tapi karena banyak yang ngutang jadi kita beralih dengan membuat
handycraft,” tutur Wildan sembari
tersenyum.
Kemandirian menjadi salah satu
kunci yang di pegang teguh PPC dalam menjalankan roda organisasi. Mereka
pantang untuk meminta sumbangan kepada warga dalam melakukan kegiatan, seperti
dalam festival liburan condro. “Kita hanya bermodalkan Rp 100 ribu untuk acara
ini yang berasal dari iuran pengurus. Untuk pendanaan lain, kita kerahkan
anggota kita yang punya bakat seni seperti Alfan untuk ngamen dengan menunjukkan skill pantomim di alun-alun,” tutur pria
yang juga aktif di GP Ansor Jember ini.
Dengan berbagi kegiatan dan
hasil yang terlihat, perlahan PPC mulai mendapat kepercayaan dari para warga.
Sebelumnya, saat awal berdiri, banyak tokoh warga yang justru apatis terhadap
PPC. “Rencananya kita akan jualan kalender. Alhamdulillah sudah terkumpul modal
Rp 3 juta,” ungkas Wildan. (ad/hdi)
SUMBER : JP-RJ Selasa
26 Desember 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar