Merasa Cukup, Berinisiatif Kembalikan Sisa
Dana Beasiswa
Banyak masyarakat difabel yang
tidak ingin ‘di kasihani’ karena merasa mampu untuk berkarya secara mandiri.
Seperti Salman Al Faris. Mahasiswa Unmuh Jember yang menerima beasiswa kuliah
dari Pemkab Jember justru mengembalikan separo dari biaya beasiswanya. Kenapa?
“SAYA tidak merasa jadi disabilitas atau difabel. Karena saya
merasa bisa mengerjakan apa yang orang lain kerjakan,” tutur Salman Al Faris,
mantab saat berbincang dengan Jawa Pos
Radar Jember, di kampusnya, Uniersitas Muhammadiyah Jember, di kawasan
Jalan Karimata.
Siang itu, Salman baru saja
menunaikan ibadah shalat Dhuhur berjamaah di Masjid al-Qolam, Unmuh Jember. Dia
juga bersiap ke Puger, untuk keperluan surfei lokasi dalam kegiatan perkuliahan
bersama rekan-rekannya.
Dalam perbincangan bersama Jawa Pos Radar Jember, sesekali Salman
menyapa teman-temannya yang kebetulan lewat di salah satu sudut masjid Kampus.
Sama sekali tidak terlihat rasa rikuh atau kesulitan bergaul dari Salman
terhadap rekan-rekannya. Meski secara fisik, dia memiliki keterbatasan dalam
hal berjalan dan berkomunikasi.
Selain mengikuti kegiatan
perkuliahan, mahasiswa semester III Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas
Agama Islam tersebut juga aktif di beberapa organisasi. Seperti Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ).
“Saya juga ingin ikut teater,
tapi khawatir mengganggu kuliah,” tutur pria kelahiran Jember, 11 April 1997
ini.
Kondisi fisiknya, menurut salman
sudah terjadi sejak dia lahir. “Kalau kata nenek saya, dulu pas saya lahir procot, saya tidak langsung menangis
sampai badan saya membiru. Saya baru nangis selang satu hari kemudian,” jelas
Salman.
Salman termasuk satu di antara
ratusan mahasiswa jember yang meraih beasiswa dari Pemkab Jember. Namun, dia
tidak mengetahui atas dasar apa dia mendapatkan beasiswa tersebut. Merujuk pada
informasi dari Pemkab Jember, criteria mahasiswa penerima beasiswa tersebut
antara lain dari keluarga dengan penghasilan orang tua di bawah Rp 3 juta per
bulan. Kemudian anak guru ngaji, PAUD dan Sederajat. Juga korban bencana alam
atau mahasiswa difabel. Beasiswa di berikan setiap tahun.
Yang pasti, pemberian beasiswa tersebut
di rasakan sangat membantu beban Salman. Maklum saja, sang ayah bekerja sebagai
penjaga sebuah toko buku di Ambulu, sedangkan ibunya hanya ibu rumah tangga
biasa. “Saya kuliah ini sebenarnya hanya nekat saja. Awalnya di larang orang
tua karena memang tidak ada biaya dan masih harus membiayai sekolah adik-adik
saya,” tutur sulung dari tiga bersaudara ini.
Namun tekad untuk melanjutkan
pendidikan ke bangku kuliah sudah terpatri dalam benak Salman. Dia meyakinkan
orang tuanya bahwa pasti akan mendapatkan beasiswa dan tidak akan membebani
orang tuanya untuk biaya kuliah.
“Saya bilang, insyaallah pasti
dapat beasiswa. Ayah ibu utamakan biaya untuk adik-adik saja,” kenang putra
pasangan Mutasam Biha dan Sulis Tiani ini.
Setelah lulus dari Madrasah
Aliyah Muhammadiyah (MAM) Watukebo, Ambulu pada tahun 2015 lalu, Salman langsung
mendaftar ke jurusan Pendidikan Agama Islam Unifersitas Muhammadiyah Jember,
untuk mewujudkan cita-citanya menjadi guru agama.
Saat itu bersyukur karena
mendapat keringanan saat mendaftar. Salman yang menyeesaikan jenjang pendidikan
sejak SD hingga SLTA di lembaga usaha muhammadiyah (AUM) itu di nilai sebagi
kader muhammadiyah sehingga mendapatkan keringanan biaya yang cukup signifikan.
“Tahun pertama mendaftar, saya mendapat keringanan biaya hingga 75 persen,”
tutur Salman.
Namun memasuki semester III,
Salman merasa rikuh untuk mengajukan keringanan lagi ke pihak kampus. Ia nekat
untuk membayar penuh biaya pendidikan semester yang bisa di angsur sebanyak dua
kali itu.
Tetapi pertolongan Tuhan terjadi
lagi. “Beberapa bulan lalu, teman saya mengabarkan informasi bahwa Pemkab buka
seleksi beasiswa untuk mahasiswa asli Jember. Saya langsung bersemangat
mendaftar, Alhamdulillah lolos,” ujar Salman.
Dari sekitar seribu pendaftar,
hanya 791 mahasiswa yang lolos mendapatkan beasiswa, termasuk Salman salah
satunya. Besaran beasiswa itu di rasa sangat membantu beban Salman. Namun ada
satu hal yang sedikit mengganjal hatinya. Ia merasa, beasiswa itu terlalu besar
untuk di terima. “Beasiswa itu terdiri dari dua hal, biaya hidup dan uang
kuliah. Masing-masing besarnya Rp 4,5 juta,” tutur Salman.
Menurut Salman, biaya kuliah nya
dalam satu semester hanya sekitar separuh dari beasiswa kuliah yang di berikan
Pemkab. Karena itu, dia berinisiatif untuk melaporkan kepada Dinas Pendidikan
Kabupaten Jember.
Salman ingin mengembalikan
kelebihan dari beasiswa yang ia terima. Padahal, beasiswa yang iya terima hanya
untuk satu tahun, dan belum tentu tahun depan ia bisa menerima kembali.
“Alhamdulillah, setelah saya menghubungi pihak Diknas, mereka mempersilahkan.
Ksatanya, untuk kelebihan biaya kuliah, di sisakan saja di rekeningnya, nanti
mereka yang urus,” jelas alumnus SMP Muhammadiyah Ambulu ini.
Adapun untuk biaya hidup,
menurut Diknas di persilahkan unruk di lapiskan secara penuh oleh salman. Nilai
nya juga Rp 4,5 juta. “Dengan beasiswa ini, saya ingin mengabdi bagi Jember
sebagai bentuk balas budi,” harap Salman.
Sehari-harinya, untuk menghemat
biaya hidup, Salman tinggal dengan menumpang di rumah paman temannya yang ada
di kawasan Kebon Sari. Untuk mobilitas, Salman biasa menunggangi motor yang
sudah di modifikasi menjadi roda tiga. Adapun untuk membantu meringankan biaya
hidup, Salman memilih berdagang antara lain dengan penjualan pulsa. “Ini bisnis
awal saya, semoga kedepannya bisa berkembang menjadi lebih besar lagi,” pungkas
Salman dengan mantab. (ad/c1/hdi)
SUMBER:
JP-RJ Jumat 15 Desember 2017

Tidak ada komentar:
Posting Komentar