Rabu, 24 Januari 2018

Salman Al Faris, Mahasiswa Penerima Beasiswa dari Pemkab Jember



  Merasa Cukup, Berinisiatif Kembalikan Sisa Dana Beasiswa

                Banyak masyarakat difabel yang tidak ingin ‘di kasihani’ karena merasa mampu untuk berkarya secara mandiri. Seperti Salman Al Faris. Mahasiswa Unmuh Jember yang menerima beasiswa kuliah dari Pemkab Jember justru mengembalikan separo dari biaya beasiswanya. Kenapa?

                      
                          ADI FAIZIN, Sumbersari 

                “SAYA tidak merasa jadi disabilitas atau difabel. Karena saya merasa bisa mengerjakan apa yang orang lain kerjakan,” tutur Salman Al Faris, mantab saat berbincang dengan Jawa Pos Radar Jember, di kampusnya, Uniersitas Muhammadiyah Jember, di kawasan Jalan Karimata.

                Siang itu, Salman baru saja menunaikan ibadah shalat Dhuhur berjamaah di Masjid al-Qolam, Unmuh Jember. Dia juga bersiap ke Puger, untuk keperluan surfei lokasi dalam kegiatan perkuliahan bersama rekan-rekannya.

                Dalam perbincangan bersama Jawa Pos Radar Jember, sesekali Salman menyapa teman-temannya yang kebetulan lewat di salah satu sudut masjid Kampus. Sama sekali tidak terlihat rasa rikuh atau kesulitan bergaul dari Salman terhadap rekan-rekannya. Meski secara fisik, dia memiliki keterbatasan dalam hal berjalan dan berkomunikasi.

             
   “Alhamdulillah, selama ini saya tidak merasa berbeda dengan teman-teman. Saya bisa bergaul dan beraktifitas sebagaimana mahasiswa pada umumnya,” tutur Salaman.

                Selain mengikuti kegiatan perkuliahan, mahasiswa semester III Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam tersebut juga aktif di beberapa organisasi. Seperti Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ).

                “Saya juga ingin ikut teater, tapi khawatir mengganggu kuliah,” tutur pria kelahiran Jember, 11 April 1997 ini.

                Kondisi fisiknya, menurut salman sudah terjadi sejak dia lahir. “Kalau kata nenek saya, dulu pas saya lahir procot, saya tidak langsung menangis sampai badan saya membiru. Saya baru nangis selang satu hari kemudian,” jelas Salman.

                Salman termasuk satu di antara ratusan mahasiswa jember yang meraih beasiswa dari Pemkab Jember. Namun, dia tidak mengetahui atas dasar apa dia mendapatkan beasiswa tersebut. Merujuk pada informasi dari Pemkab Jember, criteria mahasiswa penerima beasiswa tersebut antara lain dari keluarga dengan penghasilan orang tua di bawah Rp 3 juta per bulan. Kemudian anak guru ngaji, PAUD dan Sederajat. Juga korban bencana alam atau mahasiswa difabel. Beasiswa di berikan setiap tahun.

                Yang pasti, pemberian beasiswa tersebut di rasakan sangat membantu beban Salman. Maklum saja, sang ayah bekerja sebagai penjaga sebuah toko buku di Ambulu, sedangkan ibunya hanya ibu rumah tangga biasa. “Saya kuliah ini sebenarnya hanya nekat saja. Awalnya di larang orang tua karena memang tidak ada biaya dan masih harus membiayai sekolah adik-adik saya,” tutur sulung dari tiga bersaudara ini. 

                Namun tekad untuk melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah sudah terpatri dalam benak Salman. Dia meyakinkan orang tuanya bahwa pasti akan mendapatkan beasiswa dan tidak akan membebani orang tuanya untuk biaya kuliah.

                “Saya bilang, insyaallah pasti dapat beasiswa. Ayah ibu utamakan biaya untuk adik-adik saja,” kenang putra pasangan Mutasam Biha dan Sulis Tiani ini.

                Setelah lulus dari Madrasah Aliyah Muhammadiyah (MAM) Watukebo, Ambulu pada tahun 2015 lalu, Salman langsung mendaftar ke jurusan Pendidikan Agama Islam Unifersitas Muhammadiyah Jember, untuk mewujudkan cita-citanya menjadi guru agama.

                Saat itu bersyukur karena mendapat keringanan saat mendaftar. Salman yang menyeesaikan jenjang pendidikan sejak SD hingga SLTA di lembaga usaha muhammadiyah (AUM) itu di nilai sebagi kader muhammadiyah sehingga mendapatkan keringanan biaya yang cukup signifikan. “Tahun pertama mendaftar, saya mendapat keringanan biaya hingga 75 persen,” tutur Salman.

                Namun memasuki semester III, Salman merasa rikuh untuk mengajukan keringanan lagi ke pihak kampus. Ia nekat untuk membayar penuh biaya pendidikan semester yang bisa di angsur sebanyak dua kali itu.

                Tetapi pertolongan Tuhan terjadi lagi. “Beberapa bulan lalu, teman saya mengabarkan informasi bahwa Pemkab buka seleksi beasiswa untuk mahasiswa asli Jember. Saya langsung bersemangat mendaftar, Alhamdulillah lolos,” ujar Salman.

                Dari sekitar seribu pendaftar, hanya 791 mahasiswa yang lolos mendapatkan beasiswa, termasuk Salman salah satunya. Besaran beasiswa itu di rasa sangat membantu beban Salman. Namun ada satu hal yang sedikit mengganjal hatinya. Ia merasa, beasiswa itu terlalu besar untuk di terima. “Beasiswa itu terdiri dari dua hal, biaya hidup dan uang kuliah. Masing-masing besarnya Rp 4,5 juta,” tutur Salman.

                Menurut Salman, biaya kuliah nya dalam satu semester hanya sekitar separuh dari beasiswa kuliah yang di berikan Pemkab. Karena itu, dia berinisiatif untuk melaporkan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Jember. 

                Salman ingin mengembalikan kelebihan dari beasiswa yang ia terima. Padahal, beasiswa yang iya terima hanya untuk satu tahun, dan belum tentu tahun depan ia bisa menerima kembali. “Alhamdulillah, setelah saya menghubungi pihak Diknas, mereka mempersilahkan. Ksatanya, untuk kelebihan biaya kuliah, di sisakan saja di rekeningnya, nanti mereka yang urus,” jelas alumnus SMP Muhammadiyah Ambulu ini. 

                Adapun untuk biaya hidup, menurut Diknas di persilahkan unruk di lapiskan secara penuh oleh salman. Nilai nya juga Rp 4,5 juta. “Dengan beasiswa ini, saya ingin mengabdi bagi Jember sebagai bentuk balas budi,” harap Salman.

                Sehari-harinya, untuk menghemat biaya hidup, Salman tinggal dengan menumpang di rumah paman temannya yang ada di kawasan Kebon Sari. Untuk mobilitas, Salman biasa menunggangi motor yang sudah di modifikasi menjadi roda tiga. Adapun untuk membantu meringankan biaya hidup, Salman memilih berdagang antara lain dengan penjualan pulsa. “Ini bisnis awal saya, semoga kedepannya bisa berkembang menjadi lebih besar lagi,” pungkas Salman dengan mantab. (ad/c1/hdi)

SUMBER: JP-RJ Jumat 15 Desember 2017     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenang Wartawan Senior Jawa Pos, H Khariri Mahmud

Rela Jualan Bakso Demi Kuliahkan Dua Puterinya                 Keluarga besar alumni wartawan dan karyawan Jawa Pos yang tergabung ...