Kamis, 25 Januari 2018

Geliat Mixed Martial Arts (MMA) di Jember




 Petarung Lain Kaget Jember Punya GOR dan Sasana



                Bermula dari benua Anerika, seni bela diri Mixed Martial Arts (MMA) terus berkembang di Indonesia. Di Jember, MMA pertama kali di pertandingkan pertengahan tahun ini. Sebagai kota yang di kenal dengan gudangnya pesilat, Jember di yakini punya potensi untuk melahirkan petarung caliber nasional.  


   ADI FAIZIN, Sumbersari



                DUA anak muda tampak begitu focus berjibaku saling pukul. Di sekitarnya, beberapa orang begitu asik menikmati pertarungan tersebut. Namun tunggu dulu. Itu bukan perkelahian sebentuk kenakalan remaja. Suasana di Sasana Raptor yang ada di kawasan Kebonsari tersebut, merupakan latian rutin atlet beladiri.

                “Tadi mereka kita latih pukulan dari gerakan tinju. Karena latihan tinju menurut saya cukup efektif mengalahkan lawan saat mereka bertanding di MMA,” tutur Handik, pelatih tinju sekaligus MMA, yang ada di Sasana Raptor. Di sasana Raptor, mengajarkan beberapa jenis bela diri kepada peserta didiknya, mulai dari tinju (boxing), Brazilian Jiu Jitsu (BJJ) Muaythai dan sebagainya.

                “Kalau MMA ini semcam pertandingannya yang mempertarungkan berbagai macam jenis bela diri,” jujur Michael Akira, pemilik sasana Raptor yang juga atlet MMA.

                Semula, Akira memang berlatih bersama rekan-rekannya di salah satu pusat kebugaran yang ada di pusat Kota Jember. Namun ketiadaan sarana yang pas, membuat pelajar SMAK Santo Paulus ini menyulap salah satu bagian dari rumahnya yang ada di Jalan Doho, Kebonsari, di ubah menjadi sasana bela diri yang mengajarkan berbagai jenis aliran , termasuk MMA. 

                “Baru beberapa bulan sih kita latihan di rumah ini. Kita pakai alat yang memai tidak wah. Tapi setidaknya bisa lebih bebas berlatih tanding,” lanjut Akira yang meraih medali perunggu dalam Kejurprof Muaythai, beberapa bulan yang lalu.

                Geliat MMA di Jember sendiri, tidak bisa di lepaskan dari tangan dingin Bonny Baskoro, salah satu petarung, pelatih dan pegiat bela diri yang ada di Jember. Bonny yang sejak lama menekuni lebih dari lima jenis bela diri ini, sejak setahun terakhir mulai memperkenalkan MMA di Jember.

                Puncaknya, ketika pada pertengahan Agustus 2017 lalu, Bonny bersama rekan-rekannya berhasil menggelar kompetisi MMA. Bertajuk Mixed Martial Arts (MMA) Jember Open Series, even yang di gelar di salah satu pusat perbelanjaan yang ada di Kaliwates itu menjadi ajang MMA pertama yang di gelar di Jawa Timur.

                “Saya menggelarnya dengan format EO. Jadi kami bukan organisasi cabor yang menginduk ke KONI. Di tingkat nasional pun, MMA juga tidak menginduk ke KONI, karena kita ingin mandiri,” tutur Bonny.

                Keputusan agar MMA mandiri tersebut, menurut Bonny di dasari tekad bahwa para pegiat MMA tidak ingin bergantung pada dana dari pemerintah atau pihak lain. “Kami ingin tidak hidup dari olahraga, tapi justru kitalah yang menghidupkan olahraga. Sebab kalau tidak begitu, justru enggak akan jalan-jalan, seperti yang sudah-sudah. Saya tidak akan sebut nama lah,” tutur pria yang mengawali karir bela diri nya dengan menekuni Wushu Sanda ini.

                Tekad mandiri ini di akui Bonny memang harus melewati jalan terjal. Pasalnya, dengan kondisi MMA yang masih dalam tahap perintisan, belum banyak sponsor yang berminat mendukung. Beruntung, dia selama ini juga mendapat dukungan dari beberapa tokoh.

                “Tim kita ini terdiri dari orang-orang yang loyal pada olahraga. Selain saya sebagai ketua, juga ada pak Kusworo Wibowo (Kapolres Jember) sebagai penasehat. Lalu Pak Eko  Basuki
(Kapolsek Arjasa) dan Pak Fahmi (Satlantas Jember) sebagai pendamping pengawas. Kami ingin mengajak berbagai kalangan,” jelas Bonny. Semasa masih menjadi  taruna di Akpol, AKBP Kusworo di ketahui, juga aktif sebagai petarung.

                Penyelenggaraan MMA, menurut Bonny bisa  mewadahi para pecinta olahraga bela diri dari berbagai jenis  aliran untuk bisa bertanding bersama. Karena dari berbagai jenis bela diri, aturan di MMA bersifat fleksibel. Karenanya, MMA kerap juga di sebut tarung bebas. “Aturan bebas. Mau main kuncian, pukulan atas, atau tendangan. Kuncian atau banting, apa saja,” tutur pria yang sebelumnya juga aktif sebagai penari breakdance ini. 

                Meski demikian, tetap ada aturan-aturan atau larangan tegas yang di terapkan dalam MMA. Aturan ini terkait dengan keselamatan dari para petarung di atas ring. “Tidak boleh memukul dari atas ke bawah, karena itu membahayakan jiwa. Juga memukul kemaluan atau mencolok mata,” jelas Bonny.

                Tak hanya menyelenggarakan atau pun melatih, Bonny juga masih aktif bertanding bahkan di level nasional. Beberapa waktu lalu, Bonny juga turun di kompetisi MMA skala nasional yang di tayangkan di salah satu stasiun televisi swasta nasional. Sayangnya, Bonny yang saat itu turun di kelas welter weight harus kalah dari petarung Jefri Arianto Utomo. “Saat itu saya harus menurunkan berat badan dari 77 kilogram ke 64 kilogram hanya dalam waktu 2 minggu. Sehingga cukup berpengaruh pada kekuatan dan stamina saya saat bertanding kemarin,” ujar Bonny.

                Sejak beberapa waktu terakhir, Bonny aktif menjalin komunikasi dengan berbagai perguruan bela diri yang ada di Jember, untuk memperkenalkan MMA. Karena itu, dia optimistis MMA bisa kian berkembang di jember.

                “Karena Jember kan gudangnya pesilat. Terbukti waktu kita adakan kompetisi kemaren, pesertanya banyak dari pencak silat seperti PSHT yang cukup besar di Jember,” jelas Bonny.

                Di akuinya, meski masih dalam tahap rintisan, potensi bela diri di jember mulai banyak di lirik oleh kalangan pegiat bela diri nasional. “Kemarin waktu kita  adakan even MMA kedua di GOR PKSO Kaliwates, banyak petarung dari luar yang kaget. Semula mereka enggak kenal Jember, eh ternyata  di Jember punya GOR dan tempat sasana yang cukup baik,” pungkas Bonny. (ad/hdi)

SUMBER: JP-RJ Sabtu 16 Desember 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenang Wartawan Senior Jawa Pos, H Khariri Mahmud

Rela Jualan Bakso Demi Kuliahkan Dua Puterinya                 Keluarga besar alumni wartawan dan karyawan Jawa Pos yang tergabung ...