Petarung Lain Kaget Jember Punya GOR dan
Sasana
Bermula dari benua Anerika, seni
bela diri Mixed Martial Arts (MMA) terus berkembang di Indonesia. Di Jember,
MMA pertama kali di pertandingkan pertengahan tahun ini. Sebagai kota yang di
kenal dengan gudangnya pesilat, Jember di yakini punya potensi untuk melahirkan
petarung caliber nasional.
DUA anak muda tampak begitu focus berjibaku saling pukul. Di
sekitarnya, beberapa orang begitu asik menikmati pertarungan tersebut. Namun
tunggu dulu. Itu bukan perkelahian sebentuk kenakalan remaja. Suasana di Sasana
Raptor yang ada di kawasan Kebonsari tersebut, merupakan latian rutin atlet
beladiri.
“Tadi mereka kita latih pukulan
dari gerakan tinju. Karena latihan tinju menurut saya cukup efektif mengalahkan
lawan saat mereka bertanding di MMA,” tutur Handik, pelatih tinju sekaligus
MMA, yang ada di Sasana Raptor. Di sasana Raptor, mengajarkan beberapa jenis
bela diri kepada peserta didiknya, mulai dari tinju (boxing), Brazilian Jiu
Jitsu (BJJ) Muaythai dan sebagainya.
“Kalau MMA ini semcam
pertandingannya yang mempertarungkan berbagai macam jenis bela diri,” jujur
Michael Akira, pemilik sasana Raptor yang juga atlet MMA.
Semula, Akira memang berlatih
bersama rekan-rekannya di salah satu pusat kebugaran yang ada di pusat Kota
Jember. Namun ketiadaan sarana yang pas, membuat pelajar SMAK Santo Paulus ini
menyulap salah satu bagian dari rumahnya yang ada di Jalan Doho, Kebonsari, di
ubah menjadi sasana bela diri yang mengajarkan berbagai jenis aliran , termasuk
MMA.
“Baru beberapa bulan sih kita
latihan di rumah ini. Kita pakai alat yang memai tidak wah. Tapi setidaknya
bisa lebih bebas berlatih tanding,” lanjut Akira yang meraih medali perunggu dalam
Kejurprof Muaythai, beberapa bulan yang lalu.
Geliat MMA di Jember sendiri,
tidak bisa di lepaskan dari tangan dingin Bonny Baskoro, salah satu petarung,
pelatih dan pegiat bela diri yang ada di Jember. Bonny yang sejak lama menekuni
lebih dari lima jenis bela diri ini, sejak setahun terakhir mulai
memperkenalkan MMA di Jember.
Puncaknya, ketika pada
pertengahan Agustus 2017 lalu, Bonny bersama rekan-rekannya berhasil menggelar
kompetisi MMA. Bertajuk Mixed Martial Arts (MMA) Jember Open Series, even yang
di gelar di salah satu pusat perbelanjaan yang ada di Kaliwates itu menjadi
ajang MMA pertama yang di gelar di Jawa Timur.
“Saya menggelarnya dengan format
EO. Jadi kami bukan organisasi cabor yang menginduk ke KONI. Di tingkat
nasional pun, MMA juga tidak menginduk ke KONI, karena kita ingin mandiri,”
tutur Bonny.
Keputusan agar MMA mandiri
tersebut, menurut Bonny di dasari tekad bahwa para pegiat MMA tidak ingin
bergantung pada dana dari pemerintah atau pihak lain. “Kami ingin tidak hidup
dari olahraga, tapi justru kitalah yang menghidupkan olahraga. Sebab kalau
tidak begitu, justru enggak akan jalan-jalan, seperti yang sudah-sudah. Saya
tidak akan sebut nama lah,” tutur pria yang mengawali karir bela diri nya
dengan menekuni Wushu Sanda ini.
Tekad mandiri ini di akui Bonny
memang harus melewati jalan terjal. Pasalnya, dengan kondisi MMA yang masih
dalam tahap perintisan, belum banyak sponsor yang berminat mendukung.
Beruntung, dia selama ini juga mendapat dukungan dari beberapa tokoh.
“Tim kita ini terdiri dari
orang-orang yang loyal pada olahraga. Selain saya sebagai ketua, juga ada pak
Kusworo Wibowo (Kapolres Jember) sebagai penasehat. Lalu Pak Eko Basuki
(Kapolsek Arjasa) dan Pak Fahmi (Satlantas Jember) sebagai pendamping pengawas. Kami ingin mengajak berbagai kalangan,” jelas Bonny. Semasa masih menjadi taruna di Akpol, AKBP Kusworo di ketahui, juga aktif sebagai petarung.
(Kapolsek Arjasa) dan Pak Fahmi (Satlantas Jember) sebagai pendamping pengawas. Kami ingin mengajak berbagai kalangan,” jelas Bonny. Semasa masih menjadi taruna di Akpol, AKBP Kusworo di ketahui, juga aktif sebagai petarung.
Penyelenggaraan MMA, menurut
Bonny bisa mewadahi para pecinta
olahraga bela diri dari berbagai jenis
aliran untuk bisa bertanding bersama. Karena dari berbagai jenis bela
diri, aturan di MMA bersifat fleksibel. Karenanya, MMA kerap juga di sebut
tarung bebas. “Aturan bebas. Mau main kuncian, pukulan atas, atau tendangan.
Kuncian atau banting, apa saja,” tutur pria yang sebelumnya juga aktif sebagai
penari breakdance ini.
Meski demikian, tetap ada
aturan-aturan atau larangan tegas yang di terapkan dalam MMA. Aturan ini
terkait dengan keselamatan dari para petarung di atas ring. “Tidak boleh
memukul dari atas ke bawah, karena itu membahayakan jiwa. Juga memukul kemaluan
atau mencolok mata,” jelas Bonny.
Tak hanya menyelenggarakan atau
pun melatih, Bonny juga masih aktif bertanding bahkan di level nasional.
Beberapa waktu lalu, Bonny juga turun di kompetisi MMA skala nasional yang di
tayangkan di salah satu stasiun televisi swasta nasional. Sayangnya, Bonny yang
saat itu turun di kelas welter weight harus
kalah dari petarung Jefri Arianto Utomo. “Saat itu saya harus menurunkan berat
badan dari 77 kilogram ke 64 kilogram hanya dalam waktu 2 minggu. Sehingga
cukup berpengaruh pada kekuatan dan stamina saya saat bertanding kemarin,” ujar
Bonny.
Sejak beberapa waktu terakhir,
Bonny aktif menjalin komunikasi dengan berbagai perguruan bela diri yang ada di
Jember, untuk memperkenalkan MMA. Karena itu, dia optimistis MMA bisa kian
berkembang di jember.
“Karena Jember kan gudangnya pesilat. Terbukti waktu
kita adakan kompetisi kemaren, pesertanya banyak dari pencak silat seperti PSHT
yang cukup besar di Jember,” jelas Bonny.
Di akuinya, meski masih dalam
tahap rintisan, potensi bela diri di jember mulai banyak di lirik oleh kalangan
pegiat bela diri nasional. “Kemarin waktu kita
adakan even MMA kedua di GOR PKSO Kaliwates, banyak petarung dari luar
yang kaget. Semula mereka enggak kenal
Jember, eh ternyata di Jember punya GOR dan tempat sasana yang cukup baik,” pungkas Bonny. (ad/hdi)
SUMBER:
JP-RJ Sabtu 16 Desember 2017

Tidak ada komentar:
Posting Komentar