Liriknya dari
Pak Kyai, Arranger-nya Ustad, Yang Nyanyi Para Santri
Luar biasa. Dari sudut pelosok
Desa Jatiagung Kecamatan Gumukmas, ada sebuah kelompok band anak-anak pondok.
Lirik dan lagu bergenre pop sufi itu lahir dari pondok. Semuanya terinspirasi
dari kitab suci, yang sarat akan gambaran cinta akan kebesaran Allah SWT.
NAMA band ini singkat saja :
T59. Namun kata T59 ini memiliki makna yang sangat panjang. “Huruf T bisa bermakan
Tassawuf, bisa juga Tabarrukkan maupun Tariqah,” jelas Yudi, salah satu guru di
Ponpes Ngashor Jatiagung Gumukmas itu.
Sedangkan arti 59 adalah, angka
5 bisa bermakna waktu (waktu salat, Red). Bisa juga bermakna rukun islam, bisa
juga di artikan Pancasila. “Jadi yang 5 ini lebih ke sisi keutamaan. Sedangkan
angka 9, bisa bermakan wali (wali songo, Red). Atau lebih cenderung ke sifat
hati,” jelasnya.
Umur band T59 di Ponpes Ngashor
Jatiagung Gumukmas ini juga belum lama. Karena baru berdiri pada 2016 lalu.
Munculnya juga tak ‘sengaja.’ Yudi berkisah, di sela-sela waktu luang, beberapa
santri main gitar di pondokan tersebut.
Nah, saat asik gitaran dan
nyanyi-nyanyi inilah, pengasuh Ponpes yakni Romo KH Nur Musthofa Hasyim (Gus
Mus) mendengarnya.
Tear, salah satu santri yang
ikut gitaran di panggil. Kemudian Gus Mus memberikan sebuah lirik lagu, yang
kemudian minta agar lagu tersebut di nyanyikan dan di iringi langsung dengan
gitar oleh Tear. Jadilah, sebuah lagu nan manis. “Lagu pertama berjudul yang
Teristimewa (Yang Terelakan). Lagu ini menggambarkan cinta-Nya pada manusia,”
jelas Yudi.
Bisa bikin lagu yang ternyata
enak di dengar telinga, membuat Pak Kyai seperti punya inspirasi baru. Di
ciptakannya lagu berjudul Shoba (Angin Surga). Kemudian lagu Butiran Cinta di
Padang Savana, dan Ku Kan Kembali. Kemudian angkuhnya cinta, memang kau
untukku, kembalinya dia, biarkan hatimu bicara dan kau sapa diriku. Dan, lagu
hits-nya berjudul hening.
“Lagu ku kan kembali ini cerita
soal kematian pada semua umat. Kita takut dan karena itu harus mempersiapkan
diri dengan sebuah kebaikan,” jelasnya.
Sepuluh lagu pertama itu mereka
rangkum dalam satu album sederhana yang mereka beri judul : Hening. Sejak
itulah, mereka tergerak untuk membentuk sebuah band pondokan, yang anggotanya
dari berbagai latar belakang.
Tear tetap sebagai vokalis
utama, Denny Inggit memegang bass, Puguh Darul di drum, Hendy Sinaga yang main
gitar, sedangkan Joe Achmad memegang keyboard. Yang menarik, para personil band
pondokan ini awalnya memiliki latar belakang anak muda yang berbeda-beda. Ada
yang kuli maupun anak muda-muda yang kurang terarah. “Mereka ada yang memiliki
latar belakang nggak jelas. Begitu masuk pondok di didik untuk ke jalan yang
benar,” jelasnya.
Karena ketika masuk ke band itu,
seluruh personil (oleh Pak Kyai) di wajibkan belajar ngaji sampai bisa. Tiap
minggu juga wajib ikut manaqib-an di pondok. Jadilah, mereka resmi masuk
sebagai anak band di pondokan tersebut.
Di lingkungan Pondok Ngashor,
kebetulan juga ada seorang guru pengajar TKJ (Teknik Komputer Jaringan).
Kebetulan, tokoh ini juga pintar IT dan music. Maka, Bagus Widiyanto di jadikan
Musik Direktor pada band T59 ini. “Untuk sementara, kami latihan dengan
ngampung di studio di kawasan desa kami,” jelasnya.
Oleh Bagus Widiyanto, sepuluh
lagu tersebut di aransemen dan di cetak dalam sebuah CD sederhana. Dan CD
inilah yang mereka jual, ketika anak-anak band ini manggung dari pondok satu ke
pondok lainnya.
“Pertama kami cetak 50 keping.
Kami jual seikhlasnya untuk support kegiatan anak-anak. Ternyata laku semua,”
jelas Yudi, dengan bangga. Akhirnya metode itu terus mereka terapkan, untuk
menyokong financial kegiatan yang mereka lakukan.
Yang jelas, momen imtihan di
Ponpes Ngashor Jatiagung Gumukmas adalah momen utama bagi anak-anak band itu,
untuk perfom sekaligus membawakan lagu-lagu ciptaannya. Namun karena kian lama
namanya kian terdengar, beberapa pondok lain pun kerap mengundang kelompok band
sufi ini untuk performing. Lagi-lagi, ini momen bagi kami untuk menjual CD
sederhana kami ini,” jelasnya.
Bahkan, melalui Komunitas Musisi
Jember (KMJ) kualitas band ini akhirnya grup band keren itu terdengar oleh
pemerintah K abupaten Jember, melalui
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jember. Maka, kian bersemangatlah manajemen T59
tersebut. “Lewat KMJ, kami beberapa kali kami di libatkan untuk perform.
Kemudian kami di beri kesempatan untuk mencoba rekaman di studio Disparbud,”
lanjutnya.
Kini, pihaknya menyiapkan album
kedua yang berisi 12 lagu. Album kedua ini belum ada judul, dan belum pula di
aransemen.
Yang menarik, semua lagu adalah
ciptaan Pak Kyai (Gus Mus) dari Pondok Ngashor tersebut. Hebatnya, sejak grup
band ini berdiri, Gus Mus sudah membuat sedikitnya 980 lagu!
Menurut Yudi, tidak ada ambisi
dari terbentuknya band pondokan itu. “Jalan begitu saja. Fiduniyah hasanah
(untuk kemaslahatan bersama),” jelasnya.
Pihaknya juga telah mencoba
menjajaki semua genre music yang cocok dengan grup ini. Namun akhirnya
tetap ke pop alternatif yaitu pop sufi. “Karena lirik lagu T59 merupakan
gambaran cinta kita semua ke allah SWT. Cuma di mainkan dengan gaya yang khas,
yakni powerfull, soul, serta dramatik,” pungkasnya. (hdi)
SUMBER : JP-RJ Minggu 17 Desember 2017

Tidak ada komentar:
Posting Komentar