Biasa Latihan
di Trek Rembangan dengan Sepeda Pinjaman
Sepeda Sport di kenal sebagai salah satu olahraga
ekstrem yang juga mahal. Namun dengan segala keterbatasan, seorang sopir
angkutan material di Arjasa beberapa kali menjadi juara efen sepeda
sport. Jalur atau trek di Rembangan yang selama ini menjadi lokasinya berlatih,
juga menyimpan potensi sebagai sport-tourism
.
ADI FAIZIN, Jember Kota
SENYUM membuncah
terlihat dari raut muka Imam Safii. Pemuda 30 tahun itu segera menyambut Jawa
Pos Radar Jember yang sedang berkunjung ke rumahnya yang tampak asri, di Dusun
Krajan, Desa Arjasa, Kecamatan Arjasa.
Rumah
itu tak jauh dari pasar Arjasa dan jalur menuju kawasan wisata Rembangan. Meski
langit sedang mendung, tak menyurutkan semangat pria yang akrab di sapa Afi ini
untuk bersiap-siap berangkat kerja mencari nafkah.
“Masih
ada waktu kok, nunggu teman. Kita sambil ngobrol santai di sini,”tutur Afi
sembari mempersilakan Radar Jember menyeruput secangkir kopi hangat di temani
kudapan.
Pagi
itu, Afi memang sedang bersiap untuk menjalani aktifitas rutinnya sebagai sopir
pickup yang biasa melayani jasa pengiriman barang material. Menggunakan mobil
milik sang kakak, Afi sudah menjalani profesi ini sejak tahun 2006.
“Saya
biasanya sendirian saja membawa mobil pick-up ini. Tapi kalau yang di bawa
banyak, baru mengajak teman agar bisa terbantu,” ujar bapak tiga anak ini.
Sebelum
berwirausaha melayani jasa pengiriman material, Afi pertama kali bekerja di
usaha karangan bunga dan dekorasi milik Kholidi Zaini yang masih tetangganya di
Desa Arjasa. Dari Kholidi inilah, bakatnya sebagai atlet sepeda sport
--utamanya downhill mountain--tersalurkan. Ya, selain sebagai sopir, sejak
beberapa tahun terakhir, Afi juga berstatus atlet sepeda sport.
Meski
bukan sebagai atlet professional –dalam arti rutin dan menekuni kejuaraan secara
penuh- Afi kerap menjadi juara dalam beberapa kejuaraan sepeda sport bergengsi
tingkat nasional. Tinggal di kawasan Rembangan, memang menjadi keuntungan
tersendiri dalam mengasah potensinya sebagai atlet sepeda sport. Terlebih,
bosnya saat itu, Kholidi Zaini juga mewadahinya. “Pak Kholidi yang kemudian
menginisiasi terbentuknya klub sepeda. Namanya Baong Jember Community atau
BJC,” jelas pria yang menyelesaikan pendidikan terakhirnya di MTSN Arjasa ini.
Terdapat
sekitar 30 pegowes atau pehobi sepeda yang tergabung dalam BJC. Sebagian di
antaranya adalah karyawan maupun tetangga Kholidi di Desa Arjasa. “Tapi yang
aktif di kompetisi sepeda sport, baru saya saja,” tutur Afi.
Yang
menarik, Afi justru tidak punya sepeda sport sendiri. Maklum saja, harga sepeda
sport terbilang cukup mahal bagi masyarakat umum, yakni sekitar Rp 25 juta
untuk jenis dan merek paling murah. “Saya bisa di pinjami sepeda sport oleh
Haji Kholidi. Kadang juga pak Ayub,” tutur Afi. Ayyub yang di maksud yakni
Ayyub Junaidi, Wakil Ketua DPRD Jember yang juga Ketua GP Ansor Jember, ormas
kepemudaan di bawah naungan NU. Selain sebagai pengusaha, Kholidi juga aktif
sebagai Sekretaris PC GP Ansor Jember.
Bersama
teman-temannya di JBC, Afi rutin bersepeda sejak tahun 1998. Mereka biasa gowes
di trek atau jalur sepeda yang ada di Rembangan. Namun aktifitas tersebut
sempat terhenti sepanjang tahun 2010 hingga 2015 karena kesibukan kerja.
Memasuki tahun 2016, Afi dan JBC kembali aktif gowes.
Peran
Kholidi sebagai manajer dan pimpina di JBC memang cukup besar dalam karir Afi
sebagai reader, sebutan sebagai atlet sepeda sport. Sebab keikutsertaan Afi
dalam setiap turnamen sepeda sport selalu atas dukungan dana dari Kholidi.
“Biasanya kalau saya dapat informasi turnamen, saya posting di BBM atau WA.
Lalu setelah di baca Haji Kholidi, langsung di balas dan di tawari untuk ikut,”
ujar pria kelahiran 30 April 1987 ini.
Selain
Ayub dan Kholidi, pihak lain yang turut membantu karir rider Afi adalah Haji
Sonny, ketua Jember Downhill Community. Pria asal Kaliwates itu juga kerap
meminjamkan sepeda sport miliknya kepada Afi untuk di gunakan berlatih jelang
kompetisi. Di Jember, di ketahui baru dua komunitas gowes yang sering
mengirimkan anggotanya dalam kejuaraan sepeda sport.
“Setahu
saya memang hanya dua komunitas itu. Sayangnya memang di jember tidak ada induk
cabor sepeda sport, yakni ISSI (Ikatan Sepeda Sport Indonesia, Red),” tutur
Afi
.
Karena
tidak memiliki sepeda sendiri dan sibuk kerja, Afi terbilang tidak terlalu
focus berlatihan fisik untuk mempersiapkan diri setiap mengikuti kompetisi.
Meski demikian, jelang kompetisi, biasanya dia bersiap dengan mengenali trek,
setidaknya dua tuga hari.
“Biasanya
saya persiapan sekitar satu bulan. Jelang kompetisi, saya susuri trek untuk
mengenali medan setidaknya H-2. Kuncinya memang di kemampuan untuk membaca
trek” jelas suami dari Indah Wulansari ini. Jarang berkompetisi, prestasi Afi
tidak main-main. Tercatat kini dia sudah mengoleksi 7 medali. Terakhir, dia
menjadi juara satu dalam Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Indonesian Downhill 2017
serie 5 yang di gelar di Gumuk Klemuk, Batu pada awal Nofember 2017 lalu. Afi
meraih nomor 1 di kategori Master A. Prestasi ini mengulang prestasinya dalam
Surabaya Open 2015 yang di gelar di trek yang ada di Pacet Mojokerto, di mana
saat itu juga Afi juga menyabet gelar juara satu.
“Alhamdulillah,
tidak menyangka juga karena yang di Gumuk Klemuk, treknya luar biasa ekstrem,”
tutur Afi. Efen Kejurnas Indonesian Downhill 2017 serie 5 di Batu tak hanya di
ikuti reader local. Beberapa reader dari berbagai Negara seperti Ceko, Jerman, Malaysia,Singapura, Jepang dan
Thailand juga tertantang untuk menaklukkan ekstrem nya trek di Gumuk Klemuk
pada efen tersebut.
Dengan
menumpang menginap ke salah stu tim dari Banyuwangi, Afi tiba di Batu tiga hari
sebelum kompetisi. Selama dua hari, ia fokus menjajal trek sepanjang 1,4
kilometer di Gumuk Klemuk untuk bisa beradaptasi.
Meski
sudah menjajal trek yang akan di lalui, nyatanya Afi mengalami kendala serius
saat hari H. Pada putaran pertama, yakni seeding
run untuk mencari nomor urut, tiba-tiba GlumukKlemuk di guyur hujan deras.
Akibatnya dia harus mengganti ban agar sepeda yang Afi gunakan cocok untuk
melewati jalur biasa. “Untung saat itu saya di pinjami ban yang khusus untuk
melalui medan basah oleh Mas Wawan, rider dari Tim Bandit Banyuwangi,” ujar
Afi. Di putaran pertama, Afi berhasil finish di posisi pertama dengan kecepatan
2 menit 26 detik.
Tantangan
paling berat terjadi di putaran terakhir atau di hari kedua. Saat itu, tanah di
Gumuk Klemuk sudah mulai kering setelah sehari sebelumnya di guyur hujan.
Karena itu, Afi sengaja menggunakan ban yang memang husus untuk kondisi kering.
“Tanahnya agak keset. Lembab tapi mulai kering sisa hujan. Sayangnya pas sudah
start, ternyata hujan turun lagi. Mau ganti ban sudah tidak memungkinkan
waktunya,” kenang Afi.
Beruntung
di putaran terakhir tersebut, Afi tidak jatuh dan kembali finish di urutan
pertama dengan catatan waktu 2 menit 36 detik. “Bersyukur sekali, karena
pesaing di kelas saya sebenarnya juga hebat-hebat. Saya hanya selisih 4 detik
dari peringkat kedua,” lanjut Afi.
Trek
di Gumuk Klemuk selama ini memang di kenal sebagai salah stu trek paling
ekstrem di Indonesia yang hanya bisa di lalui oleh rider sport yang cukup
berpengalaman. Selain curan dan terjal, trek di Gumuk Klemuk juga memiliki
kemiringan yang tinggi, yakni negative 70- 80 derajat. Kondisi ini di perparah
dengan banyak nya akar Pohon Pinus di sepanjang trek, yang membuat jalur
semakin sulit di lewati sepeda sport. “Ini yang membedakan dengan Rembangan.
Karena kalau di Rembangan itu bisa di lalui oleh rider professional maupun yang
masih pemula. Kalau pemula melewati Gumuk Klemuk sering kali harus di tuntun,”
jelas putra pasangan Janan dan Munawaroh ini.
Karena
itu, Afi menilai, kawasan Rembangan sangat potensial untuk di kembangkan
sebagai wisata sport (sport-tourism), yakni olahraga sepeda sport. Derajat
kemiringan di Rembangan, tidak sampai negatif seperti di Gumuk Klemuk. “Karena
di rembangan itu,ada jalur untuk rider yang professional, tapi juga ada jalur
untuk rider pemula, yang tidak terlalu ekstrem tinggal pilih,” jelas Afi.
Pendapat
Afi ini di amini oleh Haji Kholidi, pendiri dan manajer Baonk Jember Community
(BJC), yang membawahi Afi. “Selain treknya ada pilihan dan konturnya ideal, di
puncaknya sudah ada penginapan. Beda dengan yang ada di Batu. Jadi turis bisa
alngsung menginap,” tutur pria tiba di percaya sebagai salah satu tenaga ahli
Fraksi PKB di DPRD Jember.
Jika
di kelola dengan serius, Kholidi yakin sport-tourism di Rembangan bisa membawa
dampak ekonomi bagi masyarakat setempat. Mulai dari penjualan makanan hingga
jasa angkutan bagi rider di Rembangan. Karena itu, Kholidi berharap ada bantuan Pemkab Jember untuk mengembangkan
potensi sport tourism di Rembangan, antara lain melalui promosi. “Dulu sempat
ada efen sepeda sport di Rembangan. Tapi sekarang udah tidak ada lagi dari
Pemkab,” jelas Kholidi.
Bantuan
dari Pemkab Jember, menurut Kholidi yang paling penting adalah penetapan jalur
khusus untuk pesepeda sport di Jember. Karena tanpa ada penetapan resmi dari
Pemkab, jalur sepeda sport yang sudah di buat oleh para pegowes, bisa dengan
mudah di rusak atau di rubah oleh orang lain. (ad/hdi)
SUMBER: JP-RJ Sabtu 2 Desember 2017


Tidak ada komentar:
Posting Komentar