Tetap Pertahankan Nuansa Radio Dakwah
Sabtu 25 Nofember lalu, Radio
Suara Akbar genap berusia 50 tahun. Di usianya yang setengah abad itu, radio
tertua setelah RRI (Radio Republik Indonesia) ini telah banyak di kenal
masyarakat Jember dan sekitarnya, sebagai radio dakwah. Bagaimana kiprahnya.
.
SHODIQ SYARIEF, Jember Kota
MINGGU malam 26 Nofember lalu, di salah satu ruangan
Hotel Dafam Lotus, Jalan Gatot Subroto 47, di penuhi puluhan undangan dari
berbagai elemen. Mereka umumnya Kolega dan mitra kerja PT. Radio Suara Akbar
yang ingin memberi apresiasi ulang tahunnya yang genap mencapai setengah abad.
Pernyataan itu wajar di
sampaikan oleh Bang Amang, panggilan akrabnya, karena di era persaingan ketat
antar media informasi saat ini, Radio
Akbar masih tetap eksis dan mendapat tempat di hati masyarakat.
Bahkan, kini radio yang di
kelola keluarga Baktir ini terus memacu diri untuk menyesuaikan dengan tuntutan
“Zaman Now”. “Kami tetap ingin menjadi bagian dari aspirasi masysrakat,”
imbuhnya.
Dia mengakui untuk bertahan di
tengah arus kemajuan teknologi dan persaingan antar media informasi, radio yang
di pimpinnya tidak mudah. Banyak tantangan, hambatan, sekaligus impian masa
depan yang harus di perjuangkan. Salah satunya menghadapi tantangan era
digital, dan persaingan antar media informasi, terutama koran harian dan media
sosial lainnya.
Tentu saja, kata Amang,
pihaknya juga harus mampu menyiapkan perangkat dan fasilitas sesuai tuntutan
zaman. Termasuk meningkatkan kualitas di segala bidang, khususnya sumber daya
manusia yang terlibat di dalamnya. Termasuk menyiapkan generasi “milenia” yang
menjadi tuntutan masyarakat.
Meski di kenal sebagai radio
religi, kata ayah tiga anak ini, namun sebenarnya Suara Akbar sama halnya dengan radio pada umumnya. Yakni, berisi
beragam menu, mulai dari musik, budaya, informasi berita, iklan, dan tentu saja
acara-acara keagamaan (dakwah).
Bahkan, sejak beberapa tahun
lalu, Suara Akbar di percaya oleh
lembaga penyiaran Amerika VoA (Suara
Amerika) untuk me-relay langsung
siaran berita Internasional dari Negeri Paman Sam itu.
“Tidak semua radio mendapat
kepercayaan seperti itu. Di Jember, bahkan untuk wilayah Eks Karesidenan Besuki
mungkin hanya Suara Akbar” tutur
Amang.
Itu sebabnya, hubungan dengan
Konjen Amerika di Surabaya, kata dia, juga terus terjaga dengan baik. Bahkan,
jika Konjen datang ke jember atau wilayah Besuki, bisa di pastikan mampir ke Suara Akbar, termasuk ikut talk show secara live.
Berdirinya Suara Akbar sendiri (25 Nofember1967),
kata Amang, memang tak lepas dari keterpanggilan situasi saat itu. Yakni,
bersamaan dengan situasi transisi Politik dari Orde Lama ke Orde Baru. Di
Jember saat itu banyak bermunculan radio amatir (Radam) oleh berbagai kelompok
masyarakat. Termasuk milik orang-orang non muslim yang juga aktif
“Berdakwah”melalui radio amatirnya.
Saat itulah, lanjut Amang, Abu
Bakar Baktir, sang ayah, bersama dengan kawan-kawannya terpanggil untuk membuat
radio “Komunitas”. Tujuannya untuk mengimbangi beragam informasi, sekaligus
berdakwah. Namun dalam perkembangannya, Pemerintah kemudian menerbitkan
keberadaan radio amatir tersebut, hingga hanya menjadi tiga radio saja. Yakni,
RRI, Suara Akbar, dan Radio Kartika, milik tokoh militer di Jember. Nama Akbar
sendiri semula kepanjangan dari Angkatan Baru, yang saat itu di dukung oleh
eksponen anak-anak muda Jember.
Sebagai radio swasta, tentu
saja tak memiliki tempat permanen, sehingga cukup mengontrak rumah sederhana,
mulai di Jalan Diponegoro, pindah ke jalan Untung Suropati, pindah lagi ke
Jalan Trunojoyo, beralih ke Jalan Kartini, dan akhirnya memiliki gedung sendiri
di Jalan Trunojoyo 56 sekarang ini.
Kejayaan Suara Akbar di akui Amang, ketika di manageri oleh kakak iparnya,
Bang Husen Abdullah (almarhum). Selain masih booming, kompetitornya juga tidak
sebanyak era reformasi. Seusai di tinggal Bang Husen, Suara Akbar di nakhodai Amin Zen, lalu dig anti dr Cholid Baktir,
dan di lanjutkan oleh Amang sendiri. Karyawannya, termasuk tenaga penyiarnya
pun bermula dari hanya lima orang, kini bertahan sekitar 20 orang.
Dari jumlah itu beberapa orang
di antaranya telah mampu mendirikan radio sendiri. Seperti Lutfi Abdullah Said,
dengan Radio Prosalina dan Kiss-nya. Juga di Situbondo, ada nama
Imam Syafii, yang lebih di kenal sebagai “Bang Jali”. Dia di percaya oleh
pimpinan Pesantren Sukorejo, Asembagus untuk menangani Radio Bhasa (Bahana
Suara) Situbondo
Jika awalnya Suara Akbar hanya memiliki fasilitas
sekelas AM (Amplitudo Modulasi), sejak tahun 2000-an lalu berubah menjadi FM
(Frekuensi Modulasi) yang daya jangkauan dan kualitasnya jauh lebih baik. Tak
heran jika menu-menu siarannya pun bertambah menarik, termasuk menyediakan
siaran berbahasa Mandarin, Madura, Osing, Arab, juga acara Cakrawala yang
berisi berita dan lagu islami, termasuk lagu-lagu Timur Tengah yang popular.
Bukan itu saja, Amang juga
telah menyiapkan kadernya, yakni Hanan Yusuf, menantu putri yang juga memiliki
keahlian di bidang manajemen radio. Lulusan Unifersitas Ciputra, Surabaya itu,
kini di serahi menangani pengembangan Suara
Akbar, dengan segala kreatifitasnya. Sebelumnya, Hanan juga berpengalaman
bekerja di berbagai Perusaaan, termasuk media informasi Amerika Serikat. “Saya
berusaha maksimal untuk kemajuan Suara Akbar,” ujar Hanan, yang mendampingi
Bang Amang.
Bahkan, mulai tahun depan,
kata Hanan, Suara Akbar juga akan
menambah menu baru sesuai keinginan masyarakat. Di antaranya siaran berita yang
terjadi di Jember dan sekitarnya. Selama ini, kata dia, menu News (berita)
lebih di kenal di Radio Prosalina dan
Soka. Padahal, informasi berita
harian, lanjut Hanan, juga sangat di butuhkan oleh masyarakat. “Insya Allah, tahun
depan telah kami siapkan,”tuturnya.
Selain mengurusi radio, Suara Akbar juga bersinergi dengan
Yayasan Pendidikan yang cukup terkenal, yakni Al-Furqon. Awalnya, kata Mamang,
yang membesarkan lembaga pendidikan Al-Furqon adalah radio Akbar. Namun dalam
perkembangannya, lembaga pendidikan Al-Furqon malah lebih menonjol, dan menjadi
lembaga pendidikan yang di perhitungkan oleh masyarakat Jember. (sh/c1/hdi)
SUMBER: JP-RJ Jumat 1 Desember
2017

Tidak ada komentar:
Posting Komentar