Kamis, 11 Januari 2018

50 Tahun Suara Akbar Bersama Warga Jember



  Tetap Pertahankan Nuansa Radio Dakwah


       Sabtu 25 Nofember lalu, Radio Suara Akbar genap berusia 50 tahun. Di usianya yang setengah abad itu, radio tertua setelah RRI (Radio Republik Indonesia) ini telah banyak di kenal masyarakat Jember dan sekitarnya, sebagai radio dakwah. Bagaimana kiprahnya.
.
                                        SHODIQ SYARIEF, Jember Kota

       MINGGU malam 26 Nofember lalu, di salah satu ruangan Hotel Dafam Lotus, Jalan Gatot Subroto 47, di penuhi puluhan undangan dari berbagai elemen. Mereka umumnya Kolega dan mitra kerja PT. Radio Suara Akbar yang ingin memberi apresiasi ulang tahunnya yang genap mencapai setengah abad.

    
  Banyak ucapan selamat dan doa yang di sampaikan oleh para undangan terhadap perjalanan radio swasta yang cukup popular di Jember dan sekitarnya itu. “Alhamdulillah kami masih di beri kepercayaan oleh masyarakat untuk tetap mengudara,” ujar Abdurrahman Baktir, direkturnya.
Pernyataan itu wajar di sampaikan oleh Bang Amang, panggilan akrabnya, karena di era persaingan ketat antar media informasi saat ini, Radio Akbar masih tetap eksis dan mendapat tempat di hati masyarakat.

      Bahkan, kini radio yang di kelola keluarga Baktir ini terus memacu diri untuk menyesuaikan dengan tuntutan “Zaman Now”. “Kami tetap ingin menjadi bagian dari aspirasi masysrakat,” imbuhnya.

      Dia mengakui untuk bertahan di tengah arus kemajuan teknologi dan persaingan antar media informasi, radio yang di pimpinnya tidak mudah. Banyak tantangan, hambatan, sekaligus impian masa depan yang harus di perjuangkan. Salah satunya menghadapi tantangan era digital, dan persaingan antar media informasi, terutama koran harian dan media sosial lainnya. 

      Tentu saja, kata Amang, pihaknya juga harus mampu menyiapkan perangkat dan fasilitas sesuai tuntutan zaman. Termasuk meningkatkan kualitas di segala bidang, khususnya sumber daya manusia yang terlibat di dalamnya. Termasuk menyiapkan generasi “milenia” yang menjadi tuntutan masyarakat.

       Meski di kenal sebagai radio religi, kata ayah tiga anak ini, namun sebenarnya Suara Akbar sama halnya dengan radio pada umumnya. Yakni, berisi beragam menu, mulai dari musik, budaya, informasi berita, iklan, dan tentu saja acara-acara keagamaan (dakwah).

        Bahkan, sejak beberapa tahun lalu, Suara Akbar di percaya oleh lembaga penyiaran Amerika VoA (Suara Amerika) untuk me-relay langsung siaran berita Internasional dari Negeri Paman Sam itu.

     “Tidak semua radio mendapat kepercayaan seperti itu. Di Jember, bahkan untuk wilayah Eks Karesidenan Besuki mungkin hanya Suara Akbar” tutur Amang.

     Itu sebabnya, hubungan dengan Konjen Amerika di Surabaya, kata dia, juga terus terjaga dengan baik. Bahkan, jika Konjen datang ke jember atau wilayah Besuki, bisa di pastikan mampir ke Suara Akbar, termasuk ikut talk show secara live.

     Berdirinya Suara Akbar sendiri (25 Nofember1967), kata Amang, memang tak lepas dari keterpanggilan situasi saat itu. Yakni, bersamaan dengan situasi transisi Politik dari Orde Lama ke Orde Baru. Di Jember saat itu banyak bermunculan radio amatir (Radam) oleh berbagai kelompok masyarakat. Termasuk milik orang-orang non muslim yang juga aktif “Berdakwah”melalui radio amatirnya.

      Saat itulah, lanjut Amang, Abu Bakar Baktir, sang ayah, bersama dengan kawan-kawannya terpanggil untuk membuat radio “Komunitas”. Tujuannya untuk mengimbangi beragam informasi, sekaligus berdakwah. Namun dalam perkembangannya, Pemerintah kemudian menerbitkan keberadaan radio amatir tersebut, hingga hanya menjadi tiga radio saja. Yakni, RRI, Suara Akbar, dan Radio Kartika, milik tokoh militer di Jember. Nama Akbar sendiri semula kepanjangan dari Angkatan Baru, yang saat itu di dukung oleh eksponen anak-anak muda Jember.

       Sebagai radio swasta, tentu saja tak memiliki tempat permanen, sehingga cukup mengontrak rumah sederhana, mulai di Jalan Diponegoro, pindah ke jalan Untung Suropati, pindah lagi ke Jalan Trunojoyo, beralih ke Jalan Kartini, dan akhirnya memiliki gedung sendiri di Jalan Trunojoyo 56 sekarang ini.

       Kejayaan Suara Akbar di akui Amang, ketika di manageri oleh kakak iparnya, Bang Husen Abdullah (almarhum). Selain masih booming, kompetitornya juga tidak sebanyak era reformasi. Seusai di tinggal Bang Husen, Suara Akbar di nakhodai Amin Zen, lalu dig anti dr Cholid Baktir, dan di lanjutkan oleh Amang sendiri. Karyawannya, termasuk tenaga penyiarnya pun bermula dari hanya lima orang, kini bertahan sekitar 20 orang.

         Dari jumlah itu beberapa orang di antaranya telah mampu mendirikan radio sendiri. Seperti Lutfi Abdullah Said, dengan Radio Prosalina dan Kiss-nya. Juga di Situbondo, ada nama Imam Syafii, yang lebih di kenal sebagai “Bang Jali”. Dia di percaya oleh pimpinan Pesantren Sukorejo, Asembagus untuk menangani Radio Bhasa (Bahana Suara) Situbondo

        Jika awalnya Suara Akbar hanya memiliki fasilitas sekelas AM (Amplitudo Modulasi), sejak tahun 2000-an lalu berubah menjadi FM (Frekuensi Modulasi) yang daya jangkauan dan kualitasnya jauh lebih baik. Tak heran jika menu-menu siarannya pun bertambah menarik, termasuk menyediakan siaran berbahasa Mandarin, Madura, Osing, Arab, juga acara Cakrawala yang berisi berita dan lagu islami, termasuk lagu-lagu Timur Tengah yang popular.

     Bukan itu saja, Amang juga telah menyiapkan kadernya, yakni Hanan Yusuf, menantu putri yang juga memiliki keahlian di bidang manajemen radio. Lulusan Unifersitas Ciputra, Surabaya itu, kini di serahi menangani pengembangan Suara Akbar, dengan segala kreatifitasnya. Sebelumnya, Hanan juga berpengalaman bekerja di berbagai Perusaaan, termasuk media informasi Amerika Serikat. “Saya berusaha maksimal untuk kemajuan Suara Akbar,” ujar Hanan, yang mendampingi Bang Amang.

     Bahkan, mulai tahun depan, kata Hanan, Suara Akbar juga akan menambah menu baru sesuai keinginan masyarakat. Di antaranya siaran berita yang terjadi di Jember dan sekitarnya. Selama ini, kata dia, menu News (berita) lebih di kenal di Radio Prosalina dan Soka. Padahal, informasi berita harian, lanjut Hanan, juga sangat di butuhkan oleh masyarakat. “Insya Allah, tahun depan telah kami siapkan,”tuturnya.

    Selain mengurusi radio, Suara Akbar juga bersinergi dengan Yayasan Pendidikan yang cukup terkenal, yakni Al-Furqon. Awalnya, kata Mamang, yang membesarkan lembaga pendidikan Al-Furqon adalah radio Akbar. Namun dalam perkembangannya, lembaga pendidikan Al-Furqon malah lebih menonjol, dan menjadi lembaga pendidikan yang di perhitungkan oleh masyarakat Jember. (sh/c1/hdi)

SUMBER: JP-RJ Jumat 1 Desember 2017            


                                                               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenang Wartawan Senior Jawa Pos, H Khariri Mahmud

Rela Jualan Bakso Demi Kuliahkan Dua Puterinya                 Keluarga besar alumni wartawan dan karyawan Jawa Pos yang tergabung ...