Siswa MA Unggulan Nuris Kerap Juara Dalam Lomba Kitab Kuning
Siapa bilang belajar di madrasah
tak bisa menguasai ilmu agama, terutama kitab kunung. Santri Ponpes Nuris mampu
membuktikannya. Setiap lomba, kerap meraih juara.
BAGUS SUPRIADI, Sumbersari
DISELA kesibukan sekolah di
lembaga formal, siswa Nuris tak lelah mempelajari ilmu agama, mulai dari cara
membaca kitab kuning hingga menghafal aquran. Mereka di beri fasilitas oleh
sekolah untuk mengembangkan bakatnya. Tak heran, setiap perlombaan, selalu
meraih juara.
Pada 19 Nofember 2017 lalu, tiga
siswa MA Unggulan Nuris meraih juara satu Musabaqoh Tilawatil Quran (MSQ) di
Unifersitas Airlangga Surabaya. Mereka adalah Azizatun Nurul Afifah, Siti
Masruroh dan satu siswi SMA Nuris Silfia Arin. Tiga pelajar tersebut mampu
mengalahkan peserta lainnya tingkat nasional dalam kegiatan Islamic Science and Technology Fair 2017.
Sebelum mengikuti perlombaan, Azizah harus
mengirimkan fideo dulu pada panitia. Baru kemudian di seleksi menjadi 20 grup.
“Setelah masuk final hanya tersisa 5 tim,” ucapnya.
Perjuangan untuk meraih prestasi
tersebut cukup menegangkan, sebab itu dari Nuris harus melawan kemacetan ke
Surabaya sehingga terlambat. Untung saja, panitia memahami kondisi tersebut
sehingga di tempatkan di nomor urut terakhir.
Namun, kekompakan, suara dan
materi yang di berikan tiga siswi tersebut mampu meraih juara satu. Tak heran,
kepulangan mereka di sambut dengan kegembiraan oleh santri lainnya.
Selain itu, Achmad Fauzan, siswa
kelas XII MA Unggulan Nuris juga membawa prestasi yang membanggakan di bidang
keagamaan. Santri kelahiran 18 Desember 1999 tersebut juga meraih juara satu
Musabaqoh Qiroatul Kutub (MSQ) dalam gebyar pekan hukum syariah di UIN Malang.
Kemudian, juga pernah meraih
juara dua membaca kitab Fathul Qorib se -Jawa-Bali. Di tingkat kabupaten
Jember, juga pernah meraih juara satu dalam lomba tafsir munir pada 17 Nofember
2017 lalu. “Pernah juga juara tiga lomba Bahtsul Masail se Jember di MAN 1 pada 2 Oktober
lalu,” akunya.
Semua prestasi yang di raih itu
karena kegigihannya dalam mempelajari ilmu agama di pesantren , terutama kitab kuning. Di pesantren, Fauzan
sudah terbiasa melakukan latihan membaca Kitab Kuning, bahkan sudah menjadi
kegiatan sehari-hari yang tak bisa di tinggalkan.
Di bidang Kitab Kuning dan
bahasa Arab, Fauzan sudah mampu memperoleh tujuh piala. Perlombaan itu sudah di
tekuni sejak masih di bangku MTS. Sehingga sudah terbiasa tampil di depan umum.
Sementara itu, kepala MA
Unggulan Nuris Neng Balqis Alhumairoh menjelaskan Nuris ingin menjawab
tantangan kebutuhan zaman yang semakin kompleks. Selama ini, pesantren yang mendirikan lembaga formal di
nilai tidak bisa mengembangkan Kitab Kuning, padahal tidak. “Pesantren yang ada
lembaga formal juga bisa menjadikan siswanya mahir Kitab Kuning,” terangnya.
Bahkan, siswa yang sekolah di
pesantren tersebut juga mampu menguasai ilmu fiqih. Sehingga mereka bisa
mengetahui hukum islam. Nuris memperkenalkan hukum islam di Zaman Kontemporer ini. “Kami tertantang
untuk menjelaskan fikih pada anak muda,” tuturnya.
Tantangan sekarang untuk
memberikan pemahaman tentang hukum islam berbeda dengan dulu. Sehingga sekolah
yang di pimpinnya ingin menyampaikan ilmu fikih dengan cara yang kekinian.
Yakni menyajikannya dengan metode milenial, cara yang baru.
Pengasuh Ponpes Nuris Gus Robith
Qosidi menambahkan selama ini pesantren lebih banyak menyampaikan hukum islam
dengan fikih tradisionalis dan cara klasik. Padahal tantangannya sudah berbeda.
“Itu menjadi kelemahan pesantren yang harus di kembangkan lagi,” jelasnya.
Pesantren Nuris, lanjut dia, ingin mencetak santri yang
bisa menjadi ulama professional. Perangkat yang harus di miliki adalah bisa
memahami hukum islam dan tafsir. Bahkan, juga mampu menghafal Alquran. (kl/gus/c1/hdi)
SUMBER JP-RJ Rabu 6 Desember 2017

Tidak ada komentar:
Posting Komentar