Ingin Sembuh,
Konsumsi Minyak Tanah Sampai Kelinci Lawar
Kondisi Marni, separuh baya asal
Dusun Grintingan, Desa Lojejer, Kecamatan Wuluhan sungguh memprihatinkan. Sejak
usia tujuh tahun, sekujur tubuhnya di penuhi bentola-bentolan. Berbagai
pengobatan sudah di lakukan tetapi hasilnyaa masih nihil.
KHAWAS AUSKARNI, Wuluhan
MARNI, 50, hingga kini belum tahu ikhwal nama penyakit yang di
deritanya. Sekujur tubuhnya, mulai kaki, perut, dada, punggung, bahkan mukanya
di penuhi benjolan. Pada bagian perut ada yang nyaris sebesar bakpao.
Dia mengaku tidak ada rasa sakit
atau pun gatal dari bentol-bentol itu. Hanya saja, nafasnya jadi agak
tersengal, pandangannya jadi kurang awas akibat sebagian rongga hidung dan
kelopak matanya tertutup benjolan. Benjolan yang menutup wajahnya juga membuat
orang lain susah menebak apakah marni sedang tersenyum atau menyimpan sedih.
Belakangan, sosok marni ramai
menjadi salah satu bahan perbincangan di media sosial (medsos). Itu setelah
seorang tetangganya mengunggah wujud fisiknya dalam akun facebook. Namun, di
balik keramaian kabar tetangganya yang belum lama marak, ternyata sudah sejak
kisaran usia tujuh tahun marni mulai mengalami penyakit kulit aneh itu.
Mula-mula, benjolan marni hanya
sebatas pada betis kanannya. Itu pun hanya satu. Keluarganya sempat membawanya
ke rumah sakit sebelum kemudian marni mesti menjalani operasi. “Saat itu umur
saya masih sekitar tujuh tahun,” ujarnya pada Jawa Pos Radar Jember di
rumahnya, Sabtu (23/12).
Alih-alih sembuh, usai menjalani
operasi benjolan pada betis kanannya malah beranak-pinak dan merata pada bagian
tubuh lainnya.
Setiap waktu kecenderungannya
semakin bertambah, hingga seperti yang tampak saat sekarang.
Berbagai metode pengobatan
pernah dia jajal. Mulai dari yang tradisional hingga yang di luar nalar. Banyak
nya cara yang dia tempuh sebanding dengan banyaknya saran yang kerap di
terimanya dari para tetangga, saudara, dan sejawatnya.
Pernah suatu ketika menyaarankan
marni untuk mengonsumsi satu sendok minyak tanah rebus tiapa pagi. Dia pun
mengikuti saran itu dengan ajeg hingga
beberapa waktu berjalan. Namun, hasilnya nihil, lantas marni mulai meninggalkan
terapi itu. “Tidak ada efek apa-apa, baik positif maupun negative, setelah saya
mengonsumsi minyak tanah rebuh,” kata marni.
Hal lain yang pernah di
lakukannya adalah mengonsumsi daging kelinci lawar. Di masak namun tampa bumbu
penyedap sedikit pun. Marni melahap daging kelinci lawar tersebut sembari
menahan rasa ingin muntah. “Tapi namanya pingin sembuh, ya saya paksa makan
saja,” terangnya.
Terapi ini dia jalani hingga
kisaran 10 hari. Namun, fakta yang dia peroleh sekali 3 uang dengan terapi
pertama. Hasilnya nol besar.
Sangking pinginnya sembuh,
hingga suatu ketika ada yang menyarankan untuk sowan ke salah satu dukun di
kampong sebelah. Oleh si dukun, marni di minta tinggal selama sebulan. Di rumah
dukun itu, tiap pagi marni pasti mejalani terapi air hangat.
Kendati tidak menggaransi
kesembuhannya, terapi penyembuhan yang di lakukan Mbah Dukun terhadap marni
tidaklah gratis. Marni sampai terpaksa menjual dua anak sapi pemberian adaiknya. “Saya habis kalau hanya Rp 6 juta,
tanpa hasil sedikt pun,” keluhnya.
Merasa sudah terlalu banyak
menjajal ragam cara namun tidak berhasil, akhirnya dia memutuskan untuk pasrah
saja. Marni tidak lagi mau berobat. Bukan karena putus asa, tapi sudah tidak
punya ongkos lagi untuk membayar. Banyak asset terjual kala masih giat mencari
penyembuhan.
Nyaris sepanjang hayatnya, dia
mengandalkan nafkah dari adik kandungnya, Kotibin, yang hanya berprofesi
sebagai petani. Marni merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Di rumah
nya, Dusun Grintingan, Desa Lojejer, Kecamatan Wuluhan, dia hanya hidup dengan
bibinya yang nyaris berusia 80 tahun. “Saya tidak bisa bekerja, sekolah pun
juga tidak pernah,” akunya.
Kendati demiukian, dunia
sosialnya tetap normal sebagai mana kebanyakan orang. Marni setiap hari bergaul
lepas dengan tetangga kanan kirinya. Bahkan, dia kerap hadir dalam acara
tahlilan dan takziah.
Hanya saja, sebagian anak kecil
di kampungnya langsung lari begitu melihat sosok marni. Seolah. Anak-anak itu berpapasan dengan tokoh
antagonis di serial superhero yang mereka tonton tiap Minggu pagi.
Marni juga tidak sempat membuat
keturunan. Dia selalu minder jika membicarakan perkara perkawinan, kendati
menginginkan. (aro)
SUMBER :
JP-RJ Minggu 24 Desember 2017

Tidak ada komentar:
Posting Komentar